“Kita akan mendatangi tempat yang ada di gambar uang 50-an ribu, Pak Kumis…,” kata Wisnu sambil terus melaju.
Gila…. Tanpa perencanaan saya bisa berada di Danau Beratan Bedugul yang terkenal tersebut. Gila... sambil mengeluarkan uang 50-an ribu saya mencocokkan sambil memotret. Rasa tak percaya bisa sampai di sini.
Menurut mas Agung dia datang dari Malang mengadu nasib di Bali ini, dia sudah hampir 3 tahunan bekerja di konveksi yang memproduksi kaos. Kaos-kaos ini sudah menjadi pesanan toko besar. Kalaupun kepingin membeli hanya di batasi satu sampai dua saja, karena sudah orderan. Beruntung harganya juga lebih murah dibanding ketika sudah masuk di gerai. Lumayan tenaga kerja lebih dihargai di Bali ini, ceritanya. Seneng bisa mendengarkan cerita semangat hidup orang seperti Mas Agung.
Tak jauh dari konveksi tersebut ada toko besar yang menyediakan cinderamata khas Bali, seperti pakaian, kerajinan, serta pernak-pernik khas Bali. Ini kesempatan membelikan oleh-oleh buat keluarga dan teman-teman kantor.
Senin malam kami sudah bersiap meninggalkan Bali, kami sudah harus kembali. Kembali pada rutinitas. Harus kembali sesuai janji kami pada yang memberi cuti meski sehari.
Beruntung ada promo, kami bisa berlibur ke Bali, meski tanpa perencanaan sebelumnya. Uang sejuta membawaku ke Bali. Beruntung berlipat, dapat izin, bisa liburan, dapat promo, dapat gratisan lagi. Untung mertua Wisnu memiliki pengalaman bekerja di biro perjalanan, maka dari itu darah promonya bisa berjalan menurun, dan memanfaatkan bahkan meminimalkan ongkos perjalanan.
Ini cerita traveling-ku yang nekat, travelingyang mengandalkan promo dan kebaikan orang. wakakakakakaka tunggu cerita travelingyang gila selanjutnya.