"Bila istri Anda hamil lagi.. rahim ini bisa pecah... istri bapak bisa mati.... bila bapak sayang istri dan ke-12 anak bapak... tindakan kontrasepsi harus dilakukan..." jelas dokter operator.
"Tapi terserah bapak... kami tidak memaksa. Rahim istri bapak tidak diangkat tapi hanya saluran kecil ini diikat..." jelas dokter lagi.
"Bapak merelakan pengikatan ini berarti bapak telah menyelamatkan istri dan ke-12 anak-anak bapak..." kata dokter mengakhiri penjelasan.
Suami Murti tidak menjawab, dia hanya mengangguk sambil air matanya berderai. Lalu dia keluar menandatangani persetujuan tindakan kontrasepsi MOW.
Air mata Murti menetes membasahi pucat wajahnya. Senyumnya yang tipis mengisyaratkan kebahagiaan yang luar biasa. Akhirnya tindakan MOW dilakukan.
"Matur nuwun..." suara Murti lirih ketika operasi sudah berakhir.
Mungkin ini kado terindah buat Murti di menjelang akhir Ramadhan. THR yang terindah buat Murti, kebahagiaannya tak bisa ditutupinya dari untaian senyumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H