[caption caption="Berbuka di meja operasi "][/caption]
Entah siapa yang salah si ibu yang akan melahirkan atau bidan yang mengirim. Seringkali ibu bersalin ngeyel ketika periksa semasa kehamil merasa baik-baik saja. Bidan seringkali kesusahan dan harus pintar-pintar cari akal untuk menerangkan agar si ibu  tahu. Seperti kejadian yang saya ceritakan ini.
Si ibu datang diantar bidan dalam kondisi kaki bayi sebelah kanan sudah keluar melewati jalan lahir. Sementara bokong, badan, dan kepala masih berada di atas.Â
Orang kesehatan bilang ini letak kaki menumbung dan harus segera mendapat pertolongan. Resiko kematian pada bayi tinggi dan resiko perdarahan karena robekan rahim juga tinggi.
Operasi Caesar satunya jalan yang harus segera dilakukan.
Sambil bekerja aku nyeletuk, "Hayoooo bayinya kelak jadi pesepakbola atau paskibraka?"Â
Di situasi panik kami masih saja bisa menghibur diri. Puasa atau tidak puasa tiada beda, kerjaan harus terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tanpa boleh ada kesalahan, mungkin kami sudah terbiasa. Namun tanpa mengurangi rasa empati pada pasien yang kami layani.
Teman perempuanku langsung berbisik, "Kayak Ronaldo..."
Dia menebak bayi yang sudah keluar kakinya ini berkelamin laki-laki. Ketidaksabaran kakinya keluar duluan seakan menyiratkan pesepakbola yang ampuh kakinya.
Instingku bayi yang kaki nya sudah keluar satu ini adalah perempuan, yang kelak akan menjadi anggota paskibraka. Bisikku sambil terus bekerja. Kakinya yang tidak sabaran dengan keluar duluan ini seakan menyiratkan si pemilik kelak langkah-langkahnya kokoh bak paskibraka.
Tebakanku benar si bayi perempuan. Alhamdulillah bayi lahir sehat meski kaki yang terlanjur menerobos pintu bawah harus ditarik lagi lewat sayatan yang sudah dibuat.
"Selamat ibuk... bayinya perempuan, semoga kelak jadi anggota paskibraka yang akan mengharumkan bangsa..." Aku memberi ucapan pada ibu, sambil terus bekerja.
"Ibuk  sebelumnya ndak diberitahu kalau bayinya letak sungsang?" Tanyaku.
"Nggih dikandani teng bidane, tapi kok koyo koyoo ngerti ndisiki Gusti Alloh yen bayine sungsang.." jawab si ibu. Menurutnya dia sudah diberitahu bidan ketika periksa kehamilannya tapi dia bersikeras menganggap bidannya sok tahu, mendahului takdir Alloh sang pencipta.
Dia juga menganggap tahu dari mana si bidan? Karena bayinya didalam perut tidak terlihat. Oleh bidan juga disarankan untuk melahirkan di rumah sakit, cerita si ibu tapi diabaikannya.
Sebenarnya dia sudah terasa mulas perutnya sejak pagi, dia berusaha bertahan agar lahir setelah magrib biar tidak merepotkan orang lain.
Begitu kaki bayinya keluar duluan dia baru panik, dan oleh bidan segera dikirim ke RSU. Segera dilakukan tindakan operasi tepat menjelang adzan Maghrib.
Untung tempat kami bekerja adalah RS Ponek yang selalu siap 24 jam dalam kedaruratan ibu dan bayi.
Bekerja di pinggiran itu ada saja ceritanya. Kurangnya pengetahuan penyebab hal hal yang simple bisa menjadi masalah besar.
Inilah cerita hiburan kami, tanpa mengurangi rasa empati dan rasa hormat pada orang yang kami layani.Â
Tapi jangan salah mengistilahkan kalau tangannya yg menumbung, kelak akan panjang tangan.
Kalau lahir bokongnya duluan?? Wakakaka dia pantas menjadi pedangdut kayak kakak Marla.
Lega....
Ibu selamat meski mengalami robekan rahim yang tidak seperti biasanya. Bayi selamat, yang bekerja juga selamat. Menunda berbuka adalah biasa, dan cerita lama. Sayangi ibu dan sayangi bayi.
Â
WakakakaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H