Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menunda Berbuka Demi Paskibraka

13 Juni 2016   18:23 Diperbarui: 13 Juni 2016   18:43 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selamat ibuk... bayinya perempuan, semoga kelak jadi anggota paskibraka yang akan mengharumkan bangsa..." Aku memberi ucapan pada ibu, sambil terus bekerja.

"Ibuk  sebelumnya ndak diberitahu kalau bayinya letak sungsang?" Tanyaku.

"Nggih dikandani teng bidane, tapi kok koyo koyoo ngerti ndisiki Gusti Alloh yen bayine sungsang.." jawab si ibu. Menurutnya dia sudah diberitahu bidan ketika periksa kehamilannya tapi dia bersikeras menganggap bidannya sok tahu, mendahului takdir Alloh sang pencipta.

Dia juga menganggap tahu dari mana si bidan? Karena bayinya didalam perut tidak terlihat. Oleh bidan juga disarankan untuk melahirkan di rumah sakit, cerita si ibu tapi diabaikannya.

Sebenarnya dia sudah terasa mulas perutnya sejak pagi, dia berusaha bertahan agar lahir setelah magrib biar tidak merepotkan orang lain.

Begitu kaki bayinya keluar duluan dia baru panik, dan oleh bidan segera dikirim ke RSU. Segera dilakukan tindakan operasi tepat menjelang adzan Maghrib.

Untung tempat kami bekerja adalah RS Ponek yang selalu siap 24 jam dalam kedaruratan ibu dan bayi.

Bekerja di pinggiran itu ada saja ceritanya. Kurangnya pengetahuan penyebab hal hal yang simple bisa menjadi masalah besar.

Inilah cerita hiburan kami, tanpa mengurangi rasa empati dan rasa hormat pada orang yang kami layani. 

Tapi jangan salah mengistilahkan kalau tangannya yg menumbung, kelak akan panjang tangan.

Kalau lahir bokongnya duluan?? Wakakaka dia pantas menjadi pedangdut kayak kakak Marla.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun