Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lawu Sliders, Cerita Kreativitas Anak-anak Tawangmangu

5 Juni 2016   08:23 Diperbarui: 5 Juni 2016   18:04 4715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Wanda kegiatan nge-drift bareng diadakan tiap hari libur, Sabtu dan Minggu sore sudah menjadi agenda rutin. Namun 2 mingguan terakhir istirahat dulu karena masih musim ujian sekolah, mereka menekuni hobi tapi tak boleh mengganggu sekolah. Ini sarat dari orang tuanya, boleh bermain tapi tidak boleh mengganggu tugas pokoknya sebagai anak sekolahan.

Menurut Wanda dalam komunitas nya ada 10-an orang. Kesemuanya sudah mempunyai sepeda sendiri-sendiri. Tiap satu sepeda butuh biaya 100-an ribu biaya las dan bahan. Kalau besi pipanya bawa sendiri habis 60-an ribu. Salah satu orang tua dari mereka ada yang bekerja sebagai tukang las, dan hal itulah mengapa harga sepedanya bisa di tekan.

Saya tak sendiri, banyak pengemudi dan para wisatawan Tawangmangu berhenti untuk menonton hiburan penuh senansi ini. Mereka terhibur dan sudah menjadi agenda rutin untuk menonton permainan anak-anak Tawangmangu yang memacu adrenalin ini. 

Mas Herry misalnya jauh-jauh dari Madiun dia datang bersama 3 anaknya untuk menonton. Anaknya merengek untuk diantara ke Tawangmangu saban Minggu hanya ingin melihat kenekatan anak-anak Tawangmangu.

[caption caption="hanya bisa turun "]

[/caption]
Wanda juga pernah ditawari mengajari anak-anak Madiun untuk bermain drift trike, namun kesempatan belum ada terangnya. Dia berjanji akan datang ke Madiun, ingin memasyarskatkan olah raga ini.

Kemarin kegelisahan anak-anak Lawu Sliders terusik tatkala komunitas motor merasa terganggu dengan kegiatan hobinya. 

Usia rata-rata anak Lawu Sliders di bawah mereka yang komunitas motor, jalan mengalah yang hanya ia bisa. Kekecewaan tak hanya dirasakan penghobi drift, penonton yang saban liburan juga kecewa karena jauh-jauh gagal menonton.

[caption caption="mereka butuh ruang untuk berkreativitas "]

[/caption]

[caption caption="komunitas motor mengudik mereka "]

[/caption]
"Mereka yang tak punya aturan, mereka naik motor berombongan memenuhi badan jalan, parkir seenaknya. Mereka yang membahayakan, bukan malah menyalahkan anak-anak kreatif ini," kata pak Harto kesal.

Entahlah... siapa yang benar dan siapa yang salah. Namun kreativitas mereka perlu diberi ruang dan diarahkan. Mereka berharap becak lawu tak punah begitu saja, perlu komunikasi dengan mereka yang berkomunitas motor tentunya.

"Tetep Semangat Sahabatku Lawu Sliders, Tetaplah berkarya, tetaplah berkreativitas"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun