Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pabrik Atsiri Tawangmangu dan Cita-cita Presiden Soekarno

1 Juni 2016   11:15 Diperbarui: 1 Juni 2016   11:21 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gedung utama yang akan menjadi pusat museum

“Tapi untung mas pemilik sekarang akan bikin museum, museum atsiri ditempat ini lagi..” kata bu Paenah sambil mempersilakan menyantap pohong goreng yang barusan digorengnya. Pabrik atsiri ini sekarang dimiliki oleh PT. Rumah Atsiri Indonesia. Pemilk terakhir inilah yang ingin menjadikan lahan bekas pabrik astiri menjadi museum.

“Tujuan kami mendirikan museum adalah agar generasi sekarang bisa ikut menikmati kejayaan masa lampau, bisa belajar tentang atsiri, dan kami berharap museum ini menjadi pusat pembejaran tentang hal-hal mengenai atsiri.” Kata mbak Yulia yang mengundang kami para Kompasianer.

tiang penyangga 'sosro bahu' sudah diterapkan di tahun 1963
tiang penyangga 'sosro bahu' sudah diterapkan di tahun 1963
sistem irigasi tradisional namun terkordinasi
sistem irigasi tradisional namun terkordinasi
banyak bangunan yang mengusik untuk diteliti
banyak bangunan yang mengusik untuk diteliti
ventilasi khas, selain sebagai penopang juga sebagai penghalang
ventilasi khas, selain sebagai penopang juga sebagai penghalang
PT. Rumah Atsiri Indonesia juga merehabilitasi bangunan yang sudah terbengkelai, dibersihkan dan dilakukan penambalan sana-sini namun tidak merubah keasliannya. Rencana pula di lahan kosong utara pabrik akan dibuat hotel adan tempat out bond, sambil berwisata pengunjung belajar tentang atsiri. Tanaman toga (tanaman obat keluarga; istilah dulu) juga ditanam di lahan sebelah barat bergabung dengan lahan bibit.

Mbak Yulia adalah anak dari pemilik lahan bekas pabrik atsiri ini. Sudah dikumpulkannya berkas-berkas lama, benda-benda bersejarah, mendatangi nara sumber yang berhubungan dengan pabrik atsiri. Mbak Yulia menceritakan bulan lalu bersama Prof. Edy Cahyono dari UNNES Semarang mengunjungi Prof. Harjono di Semarang. Beliau adalah ahlinya atsiri, cerita mbak Yulia.

Pesan beliau agar minyak atsiri tetap eksis di masyarakat, dan pengetahuan tentang atsiri diketahui masyarakat banyak, ceritanya. Prof. Harjono juga tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya ketika akan didirikan museum atsiri di Tawangmangu, cerita mbak Yulia kepada Kompasiener Yogyakarta.

Sambil berkeliling kami ditunjukin ruangan-ruangan, petak-petak, saluran-saluran, serta benda-benda yang tersisa.

Menurut cerita pak Maryanto pembangunan pabrik ini dimulai sekitar tahun 1963, menginjak tahun 1965 pembangunan dilanjutkan PNPR Leppin Karya Yasa. Kala itu banyak pekerja dari Bulgaria, begitu juga arsiteknya juga dari Bulgaria. Model bangunannya mirip gedung-gedung yang ada di Jakarta terutama yang ada di sekitar Senayan, ujar rekan pak Maryanto yang memandu kami berkeliling. Pengaruh politik Ir. Soekarno kala itu yang condong ke blok timur. Sehingga negara seperti Bulgaria, China menjadi top center. Pabrik ini dibangun dengan sistem produk sharing dengan negara Bulgaria, berbagi hasil. Konon Pabrik minyak atsiri ini dulu merupakan pabrik atsiri terbesar di Asia Tenggara.

“Ir. Soekarno membuat proyek-proyek mercusuar kala itu, salah satunya pabrik atsiri ini.” Kata mbak Yulia. Menurutnya lagi Ir. Soekarno hampir selalu membuat proyek kembar, ada atsiri Tawangmangu dibangun pula atsiri yang di luar Jawa, yaitu atsiri Pita Kumala yang berada di Aceh. Di Jawa dibikin pabrik semen Gresik, di luar Jawa dibangun semen Padang, di Jawa dibangun pabrik kertas Leces di luar jawapun dibangun pabrik kertas dan seterusnya. Menurut mbak Yulia pembangunan tersebut merupakan bentuk pemerataan pembangunan.

Pada awal-awal tahun 1966 pembangunan terhenti dan masih 80% karena peristiwa meletusnya G30S/ PKI, para pekerja Bulgaria pergi menyelamatkan diri karena Bulgaria dicap negara komunis. Selanjutnya pada pertengah tahun pembangunan diteruskan oleh Komando Proyek Citronella menjelang pergantian pucuk pimpinan pemerintahan. Mungkin alasan inilah bapakku di tahun 1985 takut mendekat pabrik astiri, karena dianggap berpaham kiri.

Kurun waktu pembangunan pabrik astiri ini sama dengan pembangunan gedung-gedung vital yang ada di Jakarta seperti DPR-MPR, stadion, Monas, Gedung Pola, hal ini sering dikait-kaitkan dengan proyek mercusuar presiden Ir. Soekarno. Menurut pak Maryanto pabrik astiri ini jenis pondasi serta struktur beton penyangganya mirip bangunan-bangunan tersebut.

Penyangga sosro bahu sudah ada waktu itu, dan kini menjadi trend model penyangga. Hal inilah menurut pak Maryanto arsitek yang membidani pabrik astiri luar biasa di jamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun