Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Santriwati Gontor Belajar Membatik dengan Kuas

31 Mei 2016   11:17 Diperbarui: 1 Juni 2016   00:00 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bergantian para santriwati menorehkan kuas

Guntur Sasono dengan santai dan lepasnya  memberi penjelasan pada tamunya yang sebagian besar perempuan.  Sementara tamunya duduk di bawah lesehan, Guntur Sasono berdiri sambil menerangkan selayaknya guru. Tangannya menunjuk-nunjuk batik lukis yang terpajang di dinding, mimik mukanya antusias menyiratkan kebahagiaan atas kedatangan tamu-tamunya. Penjelasannya mudah dimengerti, diselingi canda riang, dan pandai memancing tamunya untuk bertanya. Tak heran karena Guntur Sasono adalah guru SMUN 1 Kauman Ponorogo, yang sekolahanya hanya puluhan meter dari rumahnya yang mungil yang dijadikan gerai batiknya. Tamu yang mendatanginya kemarin adalah santriwati Gontor Putri Kampus 3 Widododaren Ngawi. Mereka datang dipimpin oleh Ustadz Pijar Prana Cendana, ustadzah Gita Hanina dan Hani'atul Mabruroh. 

"Jangan takut salah... tidak ada yang pernah salah dalam batik lukis..." kata Guntur menyemangati para santriwati. Dalam batik lukis ada kebebasan berkreasi, tidak ada pakem, pun tidak ada aturan seperti batik lainnya, lanjut Guntur.

Menurut ustad Fijar Prana kedatanganya ke batik Sigun (gerai milik Guntur Sasono) sebagai pembekalan buat santriwati sebelum pengabdian.  Mereka santriwati kelas 6 (setingkat SMU kelas 3) rencananya selain ke Batik Guntur akan melanjutkan perjalanan ke sentra konveksi di Tulungagung. 

Sebagai pembekalan buat santriwati sebelum mengabdi, Pondok Pesantren Gontor Putri mengadakan tour ke tempat-tempat wirausaha, salah satunya adalah mengunjungi Sigun Batik, terang Ustad Fijar Prana.

Guntur Sasono menerangkan cara membatik pada santri Gontor Putri
Guntur Sasono menerangkan cara membatik pada santri Gontor Putri
"Mengapa batik tidak pakai canting malah pakai kuas?" tanya salah satu santriwati terkesan memrotes penjelasan Guntur.

"Pertanyaan yang luar biasa, sebenarnya saya punya canting tapi saya lebih senang pakai kuas, dengan kuas dapat saya dapatkan gradasi warnanya, misal dari kuning ke hijau, merah ke coklat dan sebagainya, tahu maksud gradasi warna?" jawab Guntur dan dilanjutkan bertanya dengan gaya gurunya. Para santriwati-pun kompak menjawab tahu, karena mereka sudah dibekali begituan di pesantrennya.

"Tahu arti yang kuas atau canting pakai malam?" tanya Guntur memancing pengetahuan para tamunya. 

"Itu yang dikuas malam nantinya berubah menjadi warna putih, malam melindungi agar kain tidak terkena pewarnaan..." jawab salah satu santriwati.

Pertemuan kemarin malah mirip komunikasi dua arah, tidak seperti yang terjadi di sekolah pada biasanya, cerita Guntur. Para santriwati ini sudah punya modal pengetahuan tentang seni rupa, mereka tinggal aplikasi dan mencari model bentuk mana yang akan dipilih nantinya. Para santri ini tinggal mencocokan pelajaran di pesantren dengan keadaan yang ada dilapangan, sehingga bisa terjadi komunikasi dua arah, terang Guntur.

"Jangan taku salah jangan takut kotor, ayo gantian mencobanya, ayooo...." ajak Guntur memotivasi para santriwati untuk lebih berani menorehkan kuas, mirip iklan sabun cuci di tv.

Pada kesempatan kemarin setelah penjelasan dan teori dilanjutkan praktek langsung, Guntur menyediakan kain yang sudah dibentangkan di kanvas, dia memulai menguas dan dilanjutkan para santriwati, mereka bergantian sambil bercanda. Sambil menorehkan kuas mereka terus saja bertanya tentang seluk-beluk batik. Tentang jenis kain katun yang dipakai, perihal jenis pewarna, proses pencucian dan sebagainya. Mereka kritis-kritis dalam bertanya.

Bergantian para santriwati menorehkan kuas
Bergantian para santriwati menorehkan kuas
"Kemarin habis pameran di Surabaya ya Pak?" tanya santriwati. 

Guntur mengiyakan, hampir satu bulan dia berpameran di Surabaya di Graha Sampoerna bersama teman sesama penggiat batik lukis. Pameran tersebut tak hanya bentuk apresiasi diri namun berarti secara ekonomi merupakan daya tarik tersendiri. Banyak penghobi batik yang melelang karya seninya untuk dijadikan koleksi.

"Maaf untuk batik lukis seperti ini dihargai berapa?" tanya santriwati. Mendengar pertanyaan itu sosok pengajar di SMUN 1 Kauman Ponorogo itu menjawab sambil tersenyum, dia menuturkan batik lukis yang ditunjuk santriwati tersebut dihargai 15 juta dan sudah dipesan orang tingal diambil. Rata-rata karyanya dibeli kisaran 5-10 juta.

"Ini batik yang buat koleksi seni, sedang yang untuk fasion ya ndak sampai segitu paling 500-2 jutaan..." jawab Guntur yang membuat para santriwati terperangah.

Banyak batik lukis yang menurut Guntur gagal namun buat kolektor seni malah menjadi sesuatu yang lebih. Banyak batik lukis yang dianggap tidak jadi tersebut digudangkan namun malah menjadi pilihan pembeli.

"Seni itu lucu, terkadang menurut kita tak berarti tapi menurut orang lain bernilai tinggi, jadi intinya jangan berkecil hati... apapun yang terjadi teruslah ber-seni biar orang lain yang menilai......" kata Guntur mengapresiasi pertanyaan santriwati.

selfie sebelum pamitan
selfie sebelum pamitan
‪Para santriwati merasa lega bisa berkunjung ke Batik Sigun, begitu juga Guntur Sasono bangga masih ada generasi muda yang peduli akan seni, khususnya batik lukis seperti yang ada di gerainya. 

Guntur Sasono tidak mengira ada pondok pesantren  yang mengajarkan seni. Menurut Guntur Sasono baru kali ini dia melihat dan membuktikan sendiri pondok pesantren mengajarkan seni dikiranya hanya melulu mengajarkan pelajaran beragama. 

Guntur berharap semoga apa yang dilihat, dirasakan, dan didapat di gerainya bisa menjadi modal untuk kehidupan santriwati di masa mendatang. Guntur Sasono sangat terbuka kepada siapa saja, atau pihak mana saja yang sudi belajar di gerainya, terutama para pelajar atau mahasiswa seperti santriwati Pondok Pesantren Gontor Putri ini. 

Ponorogo, 28 Mei 2016

#‎90NTOR‬ ‪
#‎MiladGontor90‬ ‪
#‎Beku‬ ‪
#‎PonorogoAdalahRindu‬  ‪
#‎90TahunGontor‬ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun