[caption caption="Dok. Pribadi"]
"Dari mana mas?" tanya saya sok akrab.
"Salatiga mas..." jawabnya. dan setelah itu saya dan dia banyak ngobrol. Dia mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta ini. Dia menceritakan sering ke warung ini. Dia paling suka pesan ati arab, rasanya khas dibumbu digoreng baru dibakar. Disajikan masih dalam keadaan panas.
"Ini mas kalau mau cobak, kalau mas muslim jangan..." tawarnya.
Saya menjadi penasaran, lalu saya amati ternyata berupa dedeh (darah binatang) yang dimasak. Orang Yogyakarta menyebutnya saren.Â
Pengunjung sering menyebutnya ati arab, bahkan ada juga yang menyebutnya tahu arab. Arab-pati nggenah wakakakakakaka canda saya yang membuat mahasiswa di samping saya terpingkal.
Warung ini hanya buka di malam hari. Jam 7 malam sampai menjelang subuh. Para pelangganya dari banyak kalangan, bahkan seringkali turis manca negara bersama guide nya mampir dan nongkrog di sini.Â
Tempatnya tidak terlalu luas, namun pembeli keluar masuk serasa tempat ini tidak pernah sepi namun tetap muat orang banyak.
"Nanggo suwe" ternyata boleh berlama-lama di sini, bukan melayaninya lama seperti perkiraan saya semula.
Â
*) salam jalan-jalan
*) Jogja istimewa