[caption caption="Pintu Gerbang ke Makam Kuno Kota Gede. Dokpri"][/caption]
Yogyakarta, 10 Maret 2016
Suasana mistis terasa begitu ketika memasuki area parkir makam kuno Kota Gede. Banyak kendaraan roda 4 dengan plat nomor luar Yogyakarta yang diparkir sebelah luar. Sepeda motor lebih mendominasi, dan motor tersebut kebanyakan berplat AB (kendaraan Yogyakarta dan sekitarnya). Suasana ramai oleh riuhnya para pedagang (pemilik warung) yang menawarkan dagangannya. Para perempuan pemilik warung tersebut bisa dibilang sudah di atas setengah baya. Dandanannya sedikit menor, tak sedikit pula diantaranya sambil merokok ketika merayu pembeli yang akan masuk komplek makam.
"Wedangan disik mas, njero ora ono warung..." kata salah satu mereka, dia merayu saya untuk mampir dulu untuk menikmati minuman yang dijualnya karena di dalam komplek makam tidak ada penjual minuman.
Saya tidak menjawab hanya mengangguk dan terus berlalu setelah memarkir motor.
Banyak lelaki yang berpakaian adat jawa di luar komplek makam sebelum pintu gerbang. Lelaki tersebut di kelilingi beberapa pengunjung, mirip seperti melayani klien atau pasien. Klien terebut kebanyakan perempuan-perempuan setengah baya (berusia diatas 30-an tahun). Sambil berlalu terus masuk ke dalam saya lihat pengumuan pada papan kayu yang isinya himbauan supaya tidak tertipu pada orang yang menawarkan bantuan, bisa membantu mengatasi permasalahan, atau menjanjikan sesuatu dengan imbalan tertentu. Pada intinya orang-orang tersebut penipu. Tapi entahlah lelaki yang dikerubuti para perempuan tersebut apakah yang dimaksud himbaun yang tertempel di dinding tersebut atau bukan.
[caption caption="Rombongan pengunjung dari luar kota yang didampingi pemandu. Dokpri"]
Beruntung kedatangan saya bersamaan dengan rombongan para mahasiswa, mereka kelihatanya rombongan mahasiswa dari lur kota. Salah satu di antara mereka adaah pemandu. Sementara yang lainnya asyik mencatat apayang dijelaskan oleh pemandunya. Sembari memotret mereka terus mengikuti pemandu tersebut. Situasi ini mengutungkan saya untuk nebeng mengikuti penjelasannya.Â
Ketakjuban para mahasiswa ini akan barang sejarah luar biasa, terkadang membuat mereka terpencar karena keasyikan memotret atau melihat-lihat.
"Ayo merapat jangan jauh-jauh, bahaya...." kata pemandu yang mebuat mahasiswi yang agak gemuk terpancing bertanya.
"Coba liat di sekitar kalian, banyak orang di tempat gelap, banyak perempuan yang lalu lalang mebawa tikar, ayoo perhatikan lebih seksama....." kata pemandu.