Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ngenesan, Pantai di Pacitan Mengenaskan Seperti Namanya

10 Februari 2016   07:33 Diperbarui: 10 Februari 2016   14:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejernihan air laut nampak meski di dasarnya lumpur cokelat, karena sehabis hujan deras malam sebelumnya. Ikan kecil-kecil berenang di antara bebatuan. Kepiting kecil berkejaran di atas pasir cokelat, jumlahnya ribuan besarnya masih sebesar  jempol tangan. Udang udang kecil juga nampak menempel di bebatuan, udang-udang ini berwarna gelap kehitaman dengan sungut (belalai panjang).

Saya bermaksut naik ke tebing sebelah timur yang berada dibalik semak, beruntung dibalik semak tersebut saya bertemu dengan pak Pujo yang sedang mancari rumput.

"Pantai Ngenesan mas...." kata pak Pujo ketika saya tanya nama pantai ini. Ngenesan itu bahasa Jawa, kalau diartikan ke bahasa Indonesia 'mengenaskan'.

"Niki siti kulo, tegil kulo, kebon klopo niki gadahnae kulo, duk etan sampek duk kilen niko kadahane kulo lan kakangan kulo, tegil warisan tiyang sepuh." jelas pak Pujo. Dia mengatakan tanah ini miliknya, ladang miliknya beserta kebon kelapanya. Tanah sepanjang pantai dari barat sampai timur ini miliknya dan kakaknya. Tanah warisan dari orantuanya.

"Nate mas 3 tahun kepengker tiyang Yogya kalih bule tangklet lan nawar siti kulo, tapi kulo mboten kepengin nyade, eman-eman jimad sakit tiyang sepuh." cerita pak Pujo. Katanya pernah ada orang dari Yogya bersama bule menawar tanah warisannya, tapi dia tidak bermaksud menjualnya karena kenang-kenangan dari orang tuanya.

Keindahan lokasi ini tidak kalah dengan pantai-pantai di Pacitan. Hanya saja banyak ranting-ranting berserakan dan lumpur sehabis hujan. Menurut pak Pujo kalau sehabis hujan pantainya berubah menjadi cokelat karena endapan lumpur dari atas (dari saluran air) namun setelah tersapu ombak endapan cokelat itu akan hilang dan berganti asir putih sebelah timur dan sisi barat pasirnya berawarna hitam pekat. Pantai ini sepi tidak ada yang datang, kalaupun datang dalam sebulan sekali belum tentu ada, beda dengan pantai Soge di timurnya dan pantai Pidakan di sebelah baratnya, cerita pak Pujo.

"Mboten kepingin damel penginepan wonten mriki pak? Saget rame lo wonten pemasukan lintune kelopo." kata saya.

"Endak mas, modal saking pundi, lan mengke kulo bade mangan nopo yen kelopone ditebangi." jawab pak Pujo, dia tidak mempunyai modal, dan kebol kelapa ini merupakan sumber kehidupannya.

"Kados pantai pidakan niku mas, sing gadah siti malih kados penonton, yen pun rame dipun cepeng pemerintah, malah tegil kulo kelong." kata pak Pujo, dia mencontohkan pantai Pidakan yng mempunyai tanah berubah menjadi penonton, kalau sudah ramai dipegang oleh pemerinta, katanya rugi tanahnya sudah berkurang tidak sesuai dengan hasilnya.

Sebenarnya kalau dibangun jalan besar, tanjakan dan turunanya tidak terlalu curam, dan bila dibuat parkir bisa memuat ratusan mobil. Tidak perlu membuat jalan terlalu panjang seperti Pidakan karena pantai Ngesnesan ini berupa teluk.

"Kersane ngeten mawon mas, ingkang bade plesir nyumanggakanken gratis mboten mbayar asal mboten ngrusak kebon kulo." kata pak Pujo yang menyilakan para wisatawan datang dan menikmati keindahan pantai di selatan kebonnya asal tidak merusak kebonnya. Belajar dari Pidakan di baratnya pemilik lahan tidak mendapat porsi yang menguntung dalam pembagian, sehingga pak Pujo lebih senang kondisinya tetap seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun