"Untuk lebih jelasnya silahkan rasakan sebentar lagi..." kata panitiya sebelum memerangkatkan para risers dari deiler Samarinda.
Ternyata apa yang dikatakan oleh panitiya benar adanya, seperti gambar di atas di jalan tanjakan tidak boleh menyalip tiba-tiba mobil putih tersebut menyalip rombongan para risers. Motor melaju melewati batas marka, dan truk pengangkut bahan bangunan memarkir kendaraannya memakan bahu jalan, padahal di jalur marga garis tidak terputus dan di tanjakan.
Semua orang pasti tidak bisa berbuat begitu, terkadang situasi kondisi psikologis, latar belakang budaya, tipikal sesorang juga sangat mempengaruhi sesorang dalam berkendaraan. Intinya kita harus berhati-hati, kalau kita sudah berhati-hati dan masih terjadi sesuatu itu sudah menjadi nasib.
Ada cerita kalau menabrak hewan ternak di daerah Kalimantan Timur harus mengganti dengan ternak yang jumplahnya berlipat. Terlebih kalau hewan ternak tersebut betina, dengan alasan hewan ternak betina bisa beranak sampai 10 ekor. Belum lagi katanya ada penyelesaian dengan penyelesaian secara adat yang memakan waktu yang lama dan bertele-tele, kata kakak sepupuku yang bertempat tinggal di Tenggarong.
Menurut panitiya cerita dan pembekalan bukan bermaksud menilai baik buruknya daerah tertentu dalam berlalu lintas, namun bertujuan agar para risers mengetahui adat istiadat setempat termasuk styile mengemudi daerah-daerah yang di lewati. Gaya mengemudi juga merupakan kasanah budaya yang menjadi keunikan tiap daerah.Â
Kita harus bisa menyesuikan dengan daerah yang kita tempati, kita harus bisa beradaptasi dimanapun kita berada.
"Seperti di luar negeri yang jalurnya kebalikan dengan Indonesia, dimana jalur yang dipakai melaju jalur kanan, dan bila kita ngotot memakai jalur kiri seperti di Indonesia pasti matilah kita..." kata panitiya yang bikin para risers ger geran.
Cara-cara berkendaraan yang aman dan nyaman, cara berkendaraan sopan dan santun, serta aspek-aspek lainya juga diajarkan sebelum melakukan kegiatan perjalanan panjang tersebut.Â
Â