Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjaga Kakaban Seperti Aku Menjaga Kesterilan Kamar Operasi (8)

23 Januari 2016   07:47 Diperbarui: 24 Januari 2016   10:10 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mas nanti tidak boleh menceburkan kaki atau ikutan menceburkan diri di danau tengah hutan..." kata penjaga loket pintu gerbang masuk pulau (danau) Kakaban.

"Kok begitu pak?" protes saya.

"Mas sudah mencelupkan kaki sebatas paha di pantai luar pulau Kakaban setelah turun dari kapal tadi, menurut aturan orang yang sudah mandi atau mencelupkan diri di pantai ini sebelum masuk ke danau Kakaban dianggap sudah tercemar, urutannya berenang di danau Kakaban dulu baru bermain air di pantai ini..." jelasnya lagi.

"Badan mas dianggap sudah mengandung flora, jamur, kuman sejenisnya dari lautan bebas ini dan bisa menularkan pada habitat yang ada di danau Kakaban sebelah dalam." kata penjaga loket tersebut sambil menunjuk ke arah tangga kayu ke dalam hutan.

"Atau begini, lepas pakaian yang terlanjur basah ini, dan mandi di kamar mandi di atas itu dan ganti dengan pakaian baru." katanya lagi, saya hanya geleng kepala dan enggan mandi, karena pakaian ganti saya terlanjur ditinggal di kapal bersama barang-barang bawaan rombongan Datsun Risers Expedition dan Kompasiana Blog Trip. Lebih baik tidak ikut berenang dan hanya motret-motret dari atas, janji saya.

Situasi ini mirip di tempat kerja saya, kamar operasi yang sehabis dipakai operaisi kotor tidak boleh dipakai untuk operasi lagi sebelum dilakukan proses pembersihan dan penyeterilan. Karena bisa dianggap menyebarkan kuman pada operasi berikutnya.

Begitu juga peralatan (instrument) yang sudah terpakai atau peralatan yang sudah tersentuh baik sengaja atau tidak sengaja, peralatan yang sudah terbuka dengan sengaja atau tidak sengaja tidak boleh dipakai untuk operasi. Ini sudah menjadi jiwa kami yang bekerja di kamar operasi.

Sterilsasi benar-benar dijaga dan menjadi prioritas, untuk itulah saya menurut saja ketika di danau Kakaban tidak boleh berenang karena dianggap sudah tercemar. Saya sadar dan tidak nekat, karena kalau di tempat kerja saya kada yang nekat masuk tanpa mengetahui prosedur atau tidak melengkapi perlindungan (pakaian khusus) akan saya usir dan saya maki karena membahayakan.

Arti steril sendiri adalah bebas kuman dan mikroorganisme lain.

Sedangkan sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipemikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membranmikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2006).

Pengunjung yang ingin berenang atau menyelam di danau Kakaban juga tidak diperbolehkan memakai sunblock dan sejenisnya, wewangian dan sejenisnya, detergen dan sejenisnya, serta bahan-bahan kimia yang bisa merusak biota di danau Kakaban.

Luar biasa setelah menembus hutan melewati tangga kayu sejauh 500-an meter terbentang danau di tengah pulau yang dikepung lautan. Danau yang masih perawan dan hanya bisa diakses lewat satu pintu, danau yang di tepinya masih ditumbuhi tumbuhan asli yang belum pernah terusik, kecuali diakses jalan masuk yang dikasih dermaga kayu. Danau yang jernih, kejernihannya bisa memandang sampai dasar danau, tampak ikan-ikan berlarian berkejaran, tanpak ular-ular putih pendek dan tumpul merayap di akar-akar bakau di pinggir danau. Lebih menajubkan lagi banyak jenis ubur-ubur yang yang terlihat seperti berjalan mundur, luar biasa kali pertama melihat ubur-ubur. Selama ini hanya melihat dari film kartun kesukaan anak saya di Spongebob, di mana ubur-ubur sering menyengat seperti setrum listrik pada orang yang tidak disukainya.

Namun menurut penjaga ubur-ubur disini tidak menyengat alias tidak beracun, sehingga para pendatang boleh berenang dan bermain dengan ubur-ubur di Danau Kakaban. Entah sampai kapan kesempatan ini diberikan karena semakin hari semakin ramai dan saya yakin bila diteruskan akan mengganggu keberlangsungan hidup flora dan fauna di danau Kakaban ini. Mungkin perlu ditinjau kembali atau minimal penelitian agar keberlangsungan kehidupan di danau Kakakan ini terus bisa berlangsung dan dinikmati generasi berikutnya.

Menurut pamflet yang terpasang di papan pengumuman Danau Kakaban ini didapatkan 4 spesies ubur-ubur antara lain tanpa ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornata) ubur-ubur ini berenang terbalik mungkin ini yang saya maksud di atas yaitu ubur-ubur yang berjalan mundur. Ubur ubur totol (Mastigias cf papua) seperti gambar atas besarnya sekepalan tangan seperti bola pijar dengan warna biru kecoklatan, ubur-ubur bulan (Aurelia aurita) ubur-ubur ini bening seperti mangkok kaca dan ini menjadi pavorit para penyelam katanya keindahanya luar biasa tembus pandang dan bentuknya seperti jeli, membuat para penyelam sering geli bila berpapasan atau mersenggolan dengannya. Ubur-ubur kotak (Tripedalia cystophora) ubur-ubur ini relatif lebih kecil sebesar ibu jari.

Banyak biota  lain yang menghuni Danau Pulau Kakaban ini seperti ular yang saya sebut diatas yang suka berenang di akar-akar bakau, ikan teri yang berenang berombongn dn beriringan, kepiting kecil-kecil yang senang menempel di tepi danau mirip (cuyu, bahasa Jawa). Ada juga ikan yang bisa meloncat-loncat di atas air, mirip ikan terbang yang saat meloncat diikuti teman lainya sehingga air danau seperti dilembar benda dari atas.

Tugas penjaga danau pulau Kakaban tentunya akan semakin berat ke depannya, di satu sisi kunjungan wisata semakin ramai di sisi lainnya keberlangsungan flaura dan fauna di tempat ini akan bertambah tantangannya.

Tugas pemerintah tentunnya menjaga dan melestrikan tempat-tempat seperti ini agar bisa dinikmati generasi berikutnya, bisa menjadi tempat penelitian, dan menjadi salah satu keunikan dunia yang hanya ada di bumi Indonesia

"Kalau Bukan Kita Yang Peduli, Siapa Lagi....."

*) salam njepret
*) salam kampret

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun