Saya penyuka kuliner, saya seneng makan, dan saya makannya banyak. Tapi untuk perjalanan jauh perlu berpikir dua kali untuk melakukan kesenagan tersebut. Perut saya sensitif, gampang mulas dan gampang diare. Tidak mudah dalam memilih makanan untuk saya telan. Sering kali nyaman di mata dan mulut namun perut tidak kompromi, seringkali 5-10 menit setelah makan harus celingak-celinguk mencari toilet. Mungkin ini kebiasaan jelek sedari kecil. Sering pilih-pilih makanan, salah yang jualan saja langsung cari toilet apalagi salah yang ditelan.
Sebagai contoh ketika makan di warung yang melayani ibunya yang ramah dan sudah terbiasa, suatu ketika ibunya berhalangan lalu digantikan anaknya yang kurang ramah meskipun lebih muda. Baru masuk warung saja sudah mual. Teman saya bilang ini masalah psikologis, ada lagi yang bilang ini bowl syindrom, ada pula yang bilang silit sumeh (pantat ramah).
Untuk hal itu saya lebih berhati-hati ketika melakukan perjalanan atau ikut ivent petualangan. Salah makan pasti akan dikeroyok oleh rekan-rekan sesama dalam perjalan karena mengganggu jadual yang telah ditetapkan.
Sebagai menu tambahan saya lebih meilih bubur putih (jenang sunsum) kacang hijau dan beras ketan seperti gambar diatas yang disedikan hotel Cantika Swara sebagai menu sarapan. Jenang ini mudah dicerna dan di perut terasa adem. Bisa untuk meredam nasi goreng yang saya lauk-i cah jamur kuping seperti gambar diatas.
Minum-pun saya lebih memilih teh hangat manis dibanding kopi, saya takut perut saya protes. Kalau ndak ada teh manis saya memilih es syirup melon dan makanan penutup seperti yang disediakan restoran hotel.
Alhamdulillah sepanjang perjalanan perut saya bisa menerima dan aman tanpa gelisah memandang toilet di sepanjang perjalanan.
Gulai Kakap Belu-belu begitu pihak restoran , ikanya lunak masih segar, rasa manis daging putihnya masih terasa, dibumbu minimalis seperti sop dan potongan buah-buahan segar sehungga sedikit terasa masam. Rasa sedikin masam ini menguntungkan karena bau amisnya hilang. Daun kemangi menambah kesegarannya.
Perlu berhari-hati makan ikan ini karena durinya tanjam dan mudah rontok, sekali salah membalik atau mengorek sisi daging akan terbuarai duri-duri ikan kakap tersebut.
Daun Kelor-Ketela dibumbu Padang, sekilas lucu karena ditempat saya daun kelor biasanya dipakai untuk prosesi memandikan jenasah. Daun ini direbus bersamaan dengan daun ketela selanjutnya diberi kuah seperti masakan padang, bumbu santal kental dan rempah-rempah yang melimpah. Luar biasa rasanya, terasa pala, cengkeh, dan khas masakan padang. Dan untuk lebih lengkap diberi tempe dan teri dimasak kering, ditumis sampai kering dengan bumbu manis pedas. Terinya terasa begitupula tempenya. Menambah komplit rasa ketika dipadu dengan Lodeh daun kelor-ketela dibumbu padang.