Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kompasianer-Datsun Risers Peduli Kesehatan Suku Dayak Miau Baru (2)

17 Januari 2016   16:09 Diperbarui: 17 Januari 2016   16:17 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan berdebu begitu memasuki perkampungan Dayak Kayan di Miau Baru, Kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur, Selasa (12/1/2016). Para Risers Datsun Expedition memperlambat laju Datsun Go+ Panca. Pemandu terus memberikan aba-aba untuk berhati-hati dan waspada, banyak anak-anak lari di jalanan, banyak peliharaan warga yang bebas berlalu lalang di jalanan. Terlihat anjing, kucing, babi, dan ayam bebas dijalanan dan perkampungan. Kesan kotor dan kumuh baik situasi perumahan maupun kondisi kampung.

"Para risers mohon kurangi kecepatan, waspada banyak anak dan banyak hewan peliaraan warga keluar masuk gang... hati-hati.... dan tetap waspada....." kata mas Raja dalam radio komunikasi antar risers.

Tampak sampah berserakan disekitar rumah panggung warga, serangga berterbangan karena dihalau debu yang diakibatkan laju kendaraan para risers.

Luar biasa di balik situsi lingkungan yang kurang mendukung hidup sehat tersebut kami berkesempatan menikmati bangunan bersejarah, bangunan adat suku Dayak yang telah berumur ratusan tahun. Bangunan yang masih kokoh dan dijadikan pusat kegiatan adat. 

Banyak anak pra sekolah bertelanjang kaki berlarian kegirangan menyambut kedatangan kami, kamipun harus semakin berhati hati agar kendaraan kami tidak menyenggol mereka. Begitu mobil berhenti diantara mereka mendekat dan langsung memegangi kendaraan kami yang berlumur debu. Mereka serasa detail melihat, memegang, dan menkplorasi kendaraan kami dengan cara kekanakan mereka. Dasar anak-anak, dimanapun sama saja canda kami sesama risers.

Sementara anak-anak yang lain saling berkejaran dalam rumah panggung raksasa tersebut, dibagian depan ruang lebar, sedang dibagian belakang mirip sekat-sekat panjang mirip kamar atau balik layar. Kamera saya langsung jeprat-jepret mengabadikan kegirangan mereka.

Kamera saya dipeganginya ketika saat membidik, lensa depan disentuh dan diusap-usap kacanya. Saya biarkan saja terserah mau mereka asal tidak berbaya atau membahayakan. Sidik-sidik jari mereka menempel di kaca lensa, berkali kali say bersihkan dengan kain lengan baju tapi mereka mengulangi lagi. Saya ganti lensa panjang yang ada penutup mirip corong agar mereka jari anak-anak itu tidak bisa menjangakau kaca lensa. Cara ini berhasil namun nak-anak itu gantian mengintip lewat coraong hitam hold pelindung lensa. Mereka bergantian berebut saling beradu pandang ketika saya membidik. Salah satu mereka menempelkan mulutnya sambil beryanyi keras mirip orang yang berorasi dengan toa. Mereka girang, gantian mereka yang menikmati saya, gantian mereka yang mempermaikan kamera saya sampai kaca lensa penuh uap air dari nafas dan mulut mereka. Dasar anak-anak dimanapun sama saja, guman saya.

Tak seberapa lama ruangan dipenuhi anak-anak SD 1 Kongbeng, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Kami para risers diharap memberi sesuatu untuk mereka. Paling tidak menyuport mereka untuk perubahan dan sebagia modal kelak. Sedari awal team kami Risers 2 ingin memberi sesuatu yang berkesan, sesuatu yang yang sangat mereka perlukan. CSR di bidang kesehatan yang kami pilih, sebagai seorang perawat kesehatan saya tergerak untuk memberi edukasi tentang budaya hidup sehat, cara sederhana yang mudah mereka kerjakan dan sangat bermanfaat buat mereka, keluarga mereka, teman-teman sekolah mereka, dan lingkungan mereka. Mas Syaifudin dan Rizky anggota team Risers 2 sangat mendukung ajakan saya.

"Selamat siang adik-adik, kami dari Risers Datsun Expedition dan Kompasianer sangat bangga dengan kalian, mau adik-adik kami ajari sesuatu??" kata saya mengawali.

"Mauuuuuuuuu......" jawab mereka serempak.

"Kakak mau ajarkan cara cuci tangan, kakak akan jelaskan kapan harus cuci tangan, dan mengapa harus cuci tangan, dan manfaat cuci tangan adik-adik mauuu...." pinta saya..

"Mauuuuuuu......." kata mereka seperti paduan suara.

Kami bertiga memberi contoh dulu, mulai membasuh tangan, menyabuni telapak tangan, menggosok sela-sela jari, menggosok punggung tangan, menggosok jempol tangan, dan menggosong ujung jari dan kuku, dengan dengan hitungan 4 per ketukan tiap kegiatan.

Telapak tangan dibersihkan dengan 4 hitungan dengan tujuan membersihkan kuman atau kotoran yang berada di telapak tangan, sela-sela jari dibersihkan 4 hitungan dengan tujuan membersihkan kotoran dan kuman yang bersembunyi di sela jari, punggung tangan dibersihkan dengan hitungan 4 ketukan untuk menghilangkan kotoran dan kuman yang menempel di pungung tangan, jempol dibersihkan dengan 4 hitungan untuk membersihkan kuman dan kotoran yang menempel di jempol tangan, ujung jari dan digosok untuk membersihkan kuman dan kotoran yang bersembunyi pada ujung jari dan kuku dengan 4 hitungan juga.

Pertama-tama kami memperagakan, dan mereka memperhatikan. Kedua kami mempergakan dan mereka mengikutinya. Ketiga kami memperagakannya mereka mengikutinya lagi dengan sambil menghitung bersama-sama.

"Telapak tangan satu.... dua..... tiga..... empat........, sela jari satu..... dua..... tiga..... empat......, pungung tangan satu.... dua.... tiga..... empat.........." kami serempak.

Dan terakhir kami melihat dan mereka memperagakannya sambil serempak mengucapakan aba-aba seperti yang kami ajarkan, dan mereka mengulanginya lagi.

Luar biasa mereka cepat sekali menerima dan mengerti.

Kami menyarankan mereka untuk selalu cuci tangan ketika akan makan baik makan dirumah atau memgang makanan ketika di lura rumah, untuk cuci tangan ketika sepulang sekolah, cuci tangan ketika sehabis bermain atau berada di dekat tempat kotor.

Kami juga menyarankan pada mereka untuk mengajarkan pada teman-teman sekolah mereka, pada keluarga mereka, pada lingkungan mereka.

"Adik-adik sanggup gantian mengajar teman di sekolahan?" taya saya.

"Sanggup, kami siap kakak......" jawab mereka yang membuat kami bangga.

   

Selain cuci tangan kami mengajarkan mereka cara batuk atau bersin yang baik, yaitu menutup mulut dan hidung agar tidak menyemprot pada orang lain. Kami ceritakan batuk pilek dan infeksi saluran nafas bisa tertularkan lewat udara dari kuman yang keluar dari mulut dan hidung orang yang bersin. Kuman-kuman itu berterbangan dan bisa dihirup orang yang berada di sekitarnya. Kami sayrankan untuk menutup mulut dan hidung memakai tisue atau sapu tangan.

"Mana ada sapu tangan dan tisue di sini kakak...." kata salah satu diantara mereka.

"Begini saja, lihat kakak tutup mulut adik dengan siku ketika batuk atau bersin biar kuman tidak berterbangan, tidak apa-apa biar tidak menyemprot saja, sebentar kena sinar matahari kuman akan mati..." jelas saya sambil memeragakan seperti gambar diatas.

 

Ketika mas Syaifudin Sayuti dan mas Rizky bertanya apa cita-cita mereka, 8 anak perempuan ingin menjadi bidan, 4 anak lelaki ingin menjadi polisi, dan sisanya ingin menjadi guru.

Mas Syaifudin Sayuti dan mas Rizky berpesan agar bisa tercapai cita-citanya mereka harus rajin belajar, menurut kata orang tua dan guru, dan yang paling penting harus sehat, harus menjaga kesehatan salah satunya seperti yang barusan di ajarkan.

Luar biasa, sederhana namun bisa langsung mengena pada mereka, keluarga mereka, sekolah mereka, dan lingkungan mereka. Alam dan lingkungan mereka tak seramah dahulu, kerusakan alam Kalimantan perlahan mereka rasakan, kesehatan mereka harus diperhatikan. Keterbatasan tenaga kesehatan di pedalaman menjadi kendala. 

Bahagia dan bangga kami bisa berbagi dalam CSR Datsun kemarin. Dan mereka melambaikan tangan dari balik jendela kawat beruji  Rumah Adat Dayak menghantar kepulangan. Dan kamipun segera memacu Datsun Go+ Panca kami untuk melanjutkan expedition.

 

*) Salam sehat
*) Salam njepret

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun