Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ayam Panggang Waris Dibanjiri Pengunjung Liburan Akhir Tahun

30 Desember 2015   14:33 Diperbarui: 30 Desember 2015   15:25 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cara memasaknya juga masih tradisional memakai kayu bakar dan tungku, ayam dipanggang ditaruh di atas kuali tanah yang berjajar-jajar. Rasanya ayamnya tidak terlalu manis seperti tempat tempat lain disepanjang arah ke Wonogiri, masaknnya mirip masakan khas Ponorogo yang gurih dan pedas, mungkin tempat ini lebih dekat dijangkai dari arah Ponorogo ketimbang dari Wonogiri. Selain itu dekatnya Purwantoro dan Ponorogo membuat budaya serta makanan juga mirip.

Sayur lodeh gude, sayur ini merupakan pavorit saya di rumah makan ini, namun sayang pengaruh musim sehingga tak tersedianya sayur ini kemarin. Gude itu mirip kacang kapri atau plolong, kulitnya lembut seperti sutera. Enak dimasak isinya yang mirip kacang tolo, enak juga dimasak keita masih kepek (masih muda kaya kacang koro).

Tempe lanas lombok ijo, arti lanas itu mirip hampir bosok, tempe hampir bosok rasanya khas dibumbu santan kental kaya gambar diatas. Rasanya gurih,manis dan pedas. ini juga luar biasa. tempenya lunak karena sudah hampir bosok, sehingga terasa lumer di mulut.

Sayur Terong glathik, ini sayur terong kecil-kecil dimasak dengan ebi atau ikan teri di santan kental. namun sering juga terong glatik dibuat lalapan dengan sambal bawang. Rasanya luar biasa pula

Urap, ini sayuran yang dikukus dan dibumbui dengan kelapa muda, dijamin ketagiahn.

Bothok, parutan kelapa yang dibumbu dikasih ikan jerohan ayam atau teri ataupun ikan sungai dikukus dibungkus dengan daun pisang, ini cikal bakal sehingga si empunya lebih dikenal dengan nama mbah Bothok.

Jangan sia-siakan perjalanan anda ketika melewati jalur Ponorogo-Wonogiri, tempat ini bisa menampung keluarga besar, tak lama mengantri karena masaknya cepat dan begitupula penyajiannya. Bisa untuk tempat bersantai dengan teman kantor.

Tak hanya sekedar mampir ke toiletnya seperti awal-awal saya lewat sini ketika awal buka, wakakakakakakak. Dijamin tidak kecewa sambil ke toilet kita makan.

 

*) salam madiyang
*) salam koteka
*) salam kampret
*) salam beku
*) salam beku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun