Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hitam-Putih Kompasianival 2015 dalam Street Photography

21 Desember 2015   06:58 Diperbarui: 21 Desember 2015   12:23 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"La*** Queen Mas.....?" jawab Nitho.

Mas Pepih dan Mas Isjet terbelalak seakan tak percaya, selama ini dianggapnya hanya 'bayangan'. Kedua pengelola Kompasiana ini lega, dengan hadirnya orang-orang misterius di Kompasiana.

Baru nyadar bila keduanya ada dan nyata meski dibalut rahasia. Saya juga menceritakan kepada Mas Pepih sewaktu Kompasianival di TMII yang lalu La*** Queen juga hadir.

"Kok ndak cerita?" protes Mas Pepih

Tak lama kemudian lelaki berbaju putih juga terperangah, dia dokter Posma Siahaan, Mas Fahmi Idris disusul Mbak Sari. Kami pun larut dalam suasana, kami saling bersalaman dan berfoto.

Riuh kami mengalahkan riuhnya panggung.

Granitho Ibrahim, La*** Queen dan Fahmi Idris bagi saya adalah bidannya Fiksi Komunitas di Kompasiana, lewat ketiganya menurut saya Group Fiksiana di Kompasiana bisa seperti sekarang ini.

Sebentar kemudian saya menghilang lewat jalan keluar sisi utara dengan Nitho, sementara La*** Queen menghilang di keramaian mall. Saya merasa menang telah bertemu orang-orang misterius yang selama ini menjadi teman bully, teman ngobrol, teman berbagi, dan teman mengumpat.

Dalam perjalanan singkat di jalan keluar Granitho menjelaskan, street pothograpy itu bebas, mudah berkreasi, mirip foto dokumen namun kebebasan lebih nyata di mana obyek yang kita poto bisa di jalanan atau di keramaain. Obyek yang kita foto tidak tahu kalau sedang kita jepret. Mirip foto candid tapi situasi lokasi bisa menggambarkan perilaku obyek. Mirip human interest katanya, tapi yang tanpa diketahui oleh obyek yang difoto.

"Wis to.... jangan ragu coba saja jeprat-jepret... dan tulis...," katanya lagi menemangati saya.

Tidak ada pakem, tidak ada aturan yang ribet, harus mencoba, berani menampilkan katanya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun