Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengapa Pasien Berani Menegur Dokter?

20 Desember 2015   12:32 Diperbarui: 20 Desember 2015   15:46 2224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dokter.... Cuci tangan dulu sebelum memeriksa bayi saya....."

Saya kaget mendengar seorang ibu muda kepada dokter yang akan memeriksa bayinya. Selama ini hubungan antara dokter dan pasien terasa timpang seakan informasi hanya searah. Di mana dokter lebih dominan, lebih banyak memberikan intervensi dibanding pasien atau keluarga pasien. Sebagai kultur orang timur perkataan tersebut serasa ndak enak didengar bahkan janggal. Meski tutur kata ibu muda tadi pelan, namun membuat saya terkesima, luar biasa berani dia untuk seorang perempuan di daerah pinggiran.

Setelah pemeriksaan selesai saya memberanikan diri bertanya pada si ibu muda tersebut, "Apa yang ibu katakan pada dokter Eko sebelum memeriksa bayi anda?"

"Saya menyuruh dokter Eko cuci tangan dulu sebelum memegang bayi saya, saya takut anak saya bisa kena infeksi...." jawabnya.

"Memangnya dokter Eko pembawa infeksi??" tanya saya heran.

"Bayangkan mas dalam sehari dokter eko puluhan kali memegang bayi dan anak yang sakit, coba apa dokter bisa menjamin bebas kuman?" katanya yang mebuat saya bengong.

"Salah sendiri sih dokter Eko, pertama kali kami datang di rumah sakit memperkenalkan diri dan nyuruh mengingatkan bila dia lupa cuci tangan..." katanya lagi.

Ketika saya konfirmasi dokter Eko Jaenudin SpA mengatakan, "Saya yang mengajari ibu-ibu tersebut mas..."

"Saya punya cara untuk berbagi pengetahuan dengan mereka, kali pertama bertemu dengan mereka saya selalu memperkenalkan diri dan mengajari mereka." ujar dr Eko.

"Saya dokter Eko yang akan menangani anak ibuk, tolong ingatkan saya untuk cuci tangan ketika memeriksa anak ibu...." cerita dokter Eko untuk kali pertama bertemu.

Untuk hari ke 2,3 dan seterusnya dr Eko akan berkata, "Saya siapa ibu?" dan "Sebelum memeriksa anak ibu saya harus ngapain dulu?"

Menurut ibu muda tersebut dokter Eko selalu memperlihatkan cara cuci tangan di depannya, dan menjelaskan tujuan cuci tangan sebelum memegang bayinya. Dokter Eko gantian menyuruh ibu muda tersebut untuk mempraktikkan cuci tangan, dan akan ditunggunya sampai si ibu tersebut bisa.

Ibu muda tersebut menceritakan dengan lancar, "Kata dokter Eko tujuan cuci tangan sebelum memegang bayi adalah agar bayi tidak tertular penyakit dari orang lain, sering kali tangan orang dewasa pegang-pengan sembarang, terutama di rumah sakit kayak gini banyak penyakit, kata dokter Eko sih biar ndak terjadi penularan infeksi silang."

"Kalau ndak ada cairan kayak yang di rumah sakit, saya disuruh cuci tangan pakai sabun... Pokoknya cuci tangan sebelum dan sesudah pengan bayi." terangnya.

"Ada lagi pesan dokter Eko kalau ibu nanti sudah boleh pulang?" tanya saya.

"Saya disuruh galak dan tegas, setiap tamu yang datang mau liat anak saya wajib cuci tangan, tamu yang pilek tidak boleh deket bayi, bayi tidak boleh diciumi oleh tamu..." katanya dengan bersemangat.

Sudah menjadi kebiasaan di desa bila ada kelahiran tamu berdatangan sampai bayi berumur selapan (35 hari). Ini sudah menjadi tradisi, dulu sebelum mendekat bayi orang diwajibkan masuk dapur untuk mengahangatkan telapak tangan dan kaki. 

"Mbah-mbah kita pinter ternyata ya mas, dulu wajib masuk dapur untuk memanggang tangan dan kaki sebelum tengok bayi, e e ternyata ndak jauh berbeda dengan nasehat dokter Eko supaya tangan dan kaki bersih wakakakaka." kata si ibu sambil terkekeh.

Di lain tempat dokter Eko Jaenudin mengatakan, "Saya harus cari cara untuk mengajari mereka secara halus mas, kali pertama bertemu saya memperkenalkan diri, selanjutnya saya ganti bertanya siapa saya, sambil terus ngasih edukasi mereka."

 

Pemberi penjelasan sering kali memberi penjelasan dan jarang yang mau menerima penjelasan. Maunya orang suruh mendengarkan, untuk itu dr. Eko berkeinginan mendengarkan kata mereka. Banyak informasi yang tidak tergali karena malas mendengarkan, kata dr. Eko. Salah satu cara tersebut di atas salah satu caranya.

"Saya siapa ibu?" 

"Saya harus ngapain dulu sebelum pegang bayi ibu?"

"Coba gantian ibu yang cuci tangan sebelum pegang bayi"

Salah satu cara untuk mengevaluasi apa yang telah diajarkan sudah bisa diterima atau belum, apa yang diedukasikan sudah masuk atau belum, ini hanya masalah bahasa dan cara, tutur dr. Eko Jainudin SpA.

Tentu setiap dokter punya cara sendiri untuk mendekat pada pasien dan keluraga yang ditanganinya. Menurut dokter Eko, paradigma sudah berubah dimana pasien merupakan "Pasien merupakan Pusat dari Pelayanan" beda dengan dulu yang "Petugas menjadi pusat pelayan"

"Waktunya kita yang melayani mas, bukan mereka yang melayani..." kata dokter Eko ketika saya berpamitan.

 

*) salam sehat
*) cuci tangan sebelum pegang pegang
*) cuci tangan setelah pegang pengan

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun