Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menebar Cinta di Kompasianival 2015

13 Desember 2015   10:34 Diperbarui: 15 Desember 2015   06:02 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta itu datang dan pergi tanpa dapat diduga, ada yang kehilangan cinta di kompasinival 2015 dan ada juga yang menebar cinta (bercinta). Kekompakan dan kebersamaan begitu nyata ketika anak bangsa dari berbagai pelosok negeri bertemu saling beradu kisah, sedang berbagi keindahan, dan berbagi kebahagiaan. Bagi mereka yang senang (ber)cinta tentu akan mendapatkan kebahagiaan, sebaliknya mereka yang tidak suka (ber)cinta akan mendapatkan kesedihan dan kekecewaan di kompasinival.

Tapi entahlah cinta dan kasih sayang itu anugrah yang saban orang belum tentu mampu memelihara. Orang Jawa sering mengistilahkan kerahayon atau kedunungan, mendapatkan keistimewaan untuk memiliki atau ketempatan. Contoh kedunungan pusaka, kedunungan derajat, kedunungan pangkat dan lainya. Dari hal inilah bisa dinilai dan tidaknya Kedewasaan seseorang.

Seperti kata bapak-ku, "Kedewasaan itu bukan baru atau lama, bukan miskin atau kaya, bukan tua atau muda, bukan bodoh atau pintar, tapi kedewasaan itu anugrah bagi siapa saja yang dikehendaki"

Jadi kedewasaan itu tidak bisa dipaksakan, dan juga tidak bisa diminta. Maka harap maklum saya ketika menyaksikan orang lain yang tidak sejalan dengan kita, anggap saja orang tersebut belum mendapat hidayah. Atau kita harus maklum kita belum bisa senjimlet (sepinter, sedetail) orang yang tersebut. Masalah selesai.

Orang bahagia itu adalah orang yang bisa melihat orang lain bahagia. Karena kata kakak ipar saya, ada orang yang senang melihat orang lain senang, ada orang lain yang senang melihat orang susah, ada pula yang susah melihat orang lain susah, dan yang paling membahayakan adalah ada orang yang susah lihat orang lain senang. 

Senang melihat orang lain senang sudah lumprah dan banyak, senang melihat orang susah ini juga sudah biasa tertama ibu-ibu yang suka ngerumpi. Susah melihat orang lain susah ini yang langka, dia pasti segera cari cara untuk membantu orang lain biar tidak susah. 

Kata kakak ipar saya, orang yang susah lihat orang lain senang ini dia akan berusaha mati-matian menggagalkan kebahagian orang lain tersebut. Dia akan merasa sakit bila ada orang lain senang, dan untuk mengobatinya dia berusaha membuat orang lain susah. Ini mungkin bisa dikategorikan penyakit 'susah melihat orang lain senang'.

Saya sendiri juga bingung tergolong yang mana, saya senang lihat orang lain senang. Saya berharap orang yang senang melihat kesenangan saya melihat orang lain senang. 

Senang melihat orang lain senang sudah menjadi hoby saya. Hoby tersebut saya salurkan di kompasinival 2015. Tapi kalau kesenagan saya bikin berang orang yang dirumah?? wakakakakakakakaka kembali pada teori diatas saya tergolong senang orang lain susah wakakakakakaka. 

"Bagaimana dengan anda??" 
"Jangan sensi"

 

*) salam kompasina
*) salam kompasinival 2015 Indonesia Juara
*) salam kampret

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun