Seringkali komplin atau keluhan dibalas dengan kemarahan, bahkan dampratan. Cerita itu harus dirubah, itu hanya kisah yang telah lewat dari rumah sakit plat merah.
“Kita harus bisa segera menangani keluhan pelanggan, kita harus segera meredakan kemarahan pelanggan, kita dibekali komunikasi efektif, kita diajari empati dan simpati dalam melayani pasien, gunakan semua daya dan kemampuan dan jangan pernah ada kata menyerah…..” kata pak Parni Kepala Bidang Tenaga (kabid) di rumah sakit kami bekerja dalam pengarahan lebih lanjut.
Menurut pak Parni ketika seseorang sedang marah, pikiran mereka sedang tidak logis. Dengar kata mereka, jangan ikutan marah, jangan terpancing emosi. Setelah kemarahan reda baru nyatakan prosedur yang sebenarnya. Bila tak mampu mengatasi biar atasan anda yang mengurusi, pesannya agar tidak menambah keruh susana.
“Komunikasi secara efektif adalah tuntutan dan hukumanya wajib, baik bagi dokter, perawat, bidan, bahkan semua karyawan yang ada di rumah sakit Harjono Ponorogo ini….” Katanya.
Tak hanya komunikasi efektif rasa empati dan simpati harus dimiliki dalam memberikan pelayanan sehingga pasien merasa diperhatikan, merasa didengarkan, dan merasa dimanusiakan.
Bila Pasien Itu Saya (BPIS) dan Bila Pasien Itu Shinta (BPIS), tentunya kita akan berpikir dua kali untuk melakukan kesalahan, dan tentunya kita akan berbuat lebih baik pada pasien yang telah memberi kepercayaan pada kita.
“Salam BPIS”
“Padamu Negeri Kami Mengabdi”
*) salam sehat
*) selamat datang di kompasianoval 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H