Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kabar Pesantren, Dan Penyempitan Makna Kata Santri di Hari Santri

6 Desember 2015   10:16 Diperbarui: 6 Desember 2015   12:32 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi sekarang biaya para santri murni dari orang tua mereka, para santir kini berusia anak kelas 3 SD sampai SMA. Biaya mondok gratis namun makan dan keperluan lain harus ditanggung sediri. Pondok pesantren tradisional sedari dulu mendapatkan dana dari donatur atau uang pribadi milik Kyai. Kyai biasanya memiliki sawah yang luas, dan para santri yang mengerjakan lahan tersebut, dan hasilnya buat makan santri dan pengembangan pondok. Dana juga didapat dari alumni atau donatur orang tua santri yang secara suka rela.

Apa perbedaan pesantren modern dan pesantren tradisional??

Secara detail saya tidak tahu karena harus merasakan keduanya, sejak kecil saya sering diajak ayah saya berkunjung ke pondok pesantren, ayah saya tidak pernah mondok namun beliau santri (murid). Santri tak harus menetap di pondok, kyai sering menjadwakan berkunjung ke kelompok-kelompok santrinya. Di situ Kyai memberikan pengajaran dan pelajaran, kyai membaiat. Santri disini lebih bebas artinya tidak banyak syarat asal mau dan bersungguh-sungguh mau menjalankan perinah dan ajaran Kyai. Ini mirip kelompok jamaah, namun ketaatan mereka pada Kyai terkadang melebih mereka yang mondok di pondok.

Mereka memunyai adab murid terhadap guru, yaitu bagaimana cara menghargai, menghormati, dan berperilaku didepan guru maupun ketika jauh dari gurunya. Bagi mereka guru adalah penerus para nabi, penerus para wali, penerus para ulama. Lewat guru inilah dia dibimbing kelak bisa kembali pada sang pencipta. Jadi tidak pernah ada cerita seorang santri memrotes gurunya atau mendemo pondok pesanrennya.

Cara berjalan, cara berbicara, dan sampai memperlakukan keluarga guru ada kitabnya. Kitab yang sudah turun temurun diajarkan dan dipelajari. Kyai atau guru ibarat keluarga bangsawan dimana penghormatan serta perlakuannya mirip rakyat kepada raja, mereka takdim pada guru dan keluarganya.

‘Mau pada bapaknya harus mau pada keluarganya’

Yang artinya santri harus memperlakukan keluarga kyai sama dengan perlakuan pada kyainya.

Ada sebutan Gus pada anak-anak lelaki kyai, biasanya Gus ini lebih akrab dengan para santri, Gus ini sering usia dengan santri, tak jarang mereka bermain bersama. Namun perlakuan harus tetap dijaga, sementara Gus sendiri ingin lebih dekat dengan santrinya. Ada jarak antara santri dan kyai berupa adzab. Gus ini bisa menjadi perantara.

Untuk santri sebuah pondok pesantren yang mengajarkan sufi (thareqat) adzab sopan santunya lebih njlimet (detail) lagi. Santri itu ibarat jenazah dihadapan guru yang akan memandikannya. Yang kelak akan membimbingnya secara total dalam proses suluk, kepasrahan untuk menuju tuhannya.

Sedangkan pondok modern adalah kebalikan dari pesantren tradisional. Sistem ini dipopulerkan pertama kali oleh Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo yang kemudian diikuti pesantren lain yang menyebutnya modern. Metode pembelajarannya sudah baku yaitu berupa kurikulum yang sudah dibakukan oleh pondok atau kurikulum yang sudah dibakukan oleh pemerintah. Pelajaran ilmu umum dan ilmu agama sama-sama dipelajari. Penekanan pemakain bahasa asing terutama Arab dan bahasa Inggris untuk kegiatan pembelajaran sehari-hari, pembelajaran kitab kuning tidak menjadi prioritas seperti pondok tradisional. Mereka diajarakan disiplin tinggi, beda dengan pesantren tradisional yang lebih mengedepankan adzab sopan santun. Senioritas antara senior dan yunior begitu kelihatan.

Untuk masuk pondok pesantren modern perlu kemampuan khusus berupa seleksi masuk yang ketat, berbeda dengan pesantren tradisonal yang berapapun banyak santri diterima. Biaya di pondok pesantren modern lebih mahal ketimbang pesantren tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun