“Perlu tukon mas, Gusti Alloh ora angger paring rejeki, mesti enek crito lan perjuangane….” Jelasnya lagi, perlu pengurbanan dan perjuangan, Alloh tidak sekedar memberi rejeki pasti ada cerita sebelumnya.
Menurut mbak Wiwik dan mbah Gombloh hasil ganti rugi lahannya ditabung dan sebagian dia belikan lahan didekan jalan makam untuk rumah, karena lokasi baru belum ada fasilitas, dan sebagian lahan barunya dia wakafkan untuk bikin mushola. Hadiah mobil undian ini katanya keiklasanya telah mewakafkan lahannya untuk mushola.
Beda lagi cerita dari Mbah Mariah, dia pernah mewakafkan lahan di tempat terdampak ini untuk mushola, namun ketika ada proses ganti rugi anak-anaknya juga minta ganti rugi dari tanah yang sudah diwakafkan. Semenjak kejadian tersebut mbah Mariah sakit-sakitan bahkan sakit keras. Oleh sebagian warga penyebabnya adalah tanah wakaf yang sudah diserahkan tapi ditarik kembali agar mendapat ganti rugi ini, dan atas saran warga uang dari tanah wakaf yang sudah dibelikan tanah untuk diwakafkan lagi. Luar biasa usulan warga disetujui dan ajaib sekali mbah Mariah sembuh seperti sedia kala, cerita mbah Gombloh dan mbak Wiwik.
Banyak warga yang luar daerah yang terdampak mendirikan bangunan dan warung atau rumah makan di darah jalan besar (jalur Ponorogo-Trenggalek). Mereka mempunyai modal dan mencari peruntungan untuk kedepannya, untuk kondisi yang masih tahap pembangunan saja warungnya ramai apalagi kalau bendungan sudah jadi. Pasti semakin banyak warga luar daerah yang lewat sambil piknik melihat bendungan ini.
Tampak pula para warga terdampak yang sedang mebanggun rumah di daerah dekat makam, mereka sebagian masih bergerombol, karena dulunya mereka masih satu RT.
Banyak pula rumah yang tidak terdampak di daerah dekat tapal batas Ponorogo-Trenggalek mulai longsor, menurut mbah Gombloh tanah diutara bendungan dikategorikan tanah labil, sudah beberapa kali lonsor sampai melorot 2-3 meter. Dulunya ketika belum ada proyek ini sudah sering dilanda longsor, bahkan pernah jalan Ponorog- Trenggalek ditutup hampir 1 minggu karena reruntuhan batu besar dari gunung di utara jalan besar tersebut.
Ada suka ada duka, namun sebagian besar warga terdampak bisa menerima, mereka pasrah dengan program pemeritah. Tak ada pilihan bagi mereka selain menerima ganti rugi dan segera membeli lahan baru untuk memulai hidup baru. Pencairan uang ganti rugipun lancer kata sebagian mereka, tidak berbelit-belit. Mungkin hanya 48 kk yang terdampak sehingga lebih mudah mengkodisir, atau mungkin pemerintah pada dinas terkait benar-benar tidak mau ambil resiko atau main-main dalam menagani warga yang terdampak.
Bendungan ini lebih cepat direalisasi dibanding bendungan Ngindeng di daerah Ponorogo yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat ini (1/2 jam perjalanan). Penyebabnya masih mandek karena proses tukar guling antara pihak perhutani yang sebagian hutan terpakai belum menui kata sepakat dengan pihak pembebasan lahan.
Presiden Jokowi benar-benar memenuhi janjinya dengan membagun banyak bendungan di Indonesia. Semoga bencana elnino yang menjadi momok bisa diredam dengan cadangan iar dibanyak bendungan yang dibangun tersebut. Semoga pula pemanfaatan air bendungan bisa buat listrik, irigasi, air minum, pariwisata, perikanan, meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sehingga air tidak sia-sia langsung mengalir ke laut seperti sebelumnya.