Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Alaska, Surganya Off Road 4 x 4 di Ponorogo

27 Oktober 2015   11:20 Diperbarui: 27 Oktober 2015   14:12 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali pertamanya Ponorogo menjadi tuan rumah of road 4x4 yang diselenggarakan oleh pecinta komunitas kendaraan yang bikin deg-degan tersebut. Acara tersebut diselenggarakan di hutan kayu putih jalan menuju pabrik mintak kayu putih Sukun. Apresiasi dari kepala perhutani setempat yang telah memberi izin areanya dipakai kegiatan ini. Lokasinya tidak terlalu luas sekitar 1-2 hektaran, berbeda dengan lokasi tanaman kayu putih lainnya lokasi ini memang disengaja tanamannya tidak diambil daunnya sehingga pepohonan dibiarkan meninggi dan pohonnya membesar.

Menurut salah satu pegawai Perhutani tempat ini sedari dulu dibiarkan tetap hijau, untuk tempat beristirahat orang-orang yang pulang dari pasar atau tempat berteduh orang-orang yang sedang melakukan perjalanan ke arah Pulung-Ponorogo. Juga tempat berteduh para petani yang jadi binaan Perhutani, para petani yang memanfaatkan lahan sekitar tanaman kayu putih, sambil bertani dia ikut merawat tanaman kayu putih. Sehingga tak heran pada penyelenggaraan ini banyak penonton yang membawa cangkul dan sabit, mereka para petani penggarap di sekitar lokasi diselenggarakan of road ini. Banyak di antara penonton yang kaget dan tidak tahu kalau ada event balapan.

Menurut Mas Heri peserta dari Temanggung Jawa Tengah, lokasi ini sangat representatif. Meski rute tidak terlalu panjang namun sangat mewakili jeram dan tanjakannya, bahkan sungai yang kebetulan sedang kering karena kemarau bisa dilintasi, sangat menantang meski tidak terjal dengan tidak adanya bebatuan. Lokasi ini merupakan bukit yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu luas dan dilingkari sungai, dimulai start melewati pepohonan yang besar, tikungan tajam, turunan tajam menuju sungai, masuk sungai dan menyelusuri sungai dan naik lagi berputar dengan tanjakan yang begitu ektrem berupa tanah gembur sehingga tidak berbahaya akan tetapi sangat menantang. Mereka menyebut ALASKA, ALAS KAyu putih.

Lokasi ini dibagi 2 lokasi start dan finish yang bisa dilakukan secara bersamaan, sehingga penonton akan bebas dan tersebar sesuai keinginannya. Kedua lokasi masih berdampingan namun tingkat kesulitannya mirip. Dari etape 1 peserta pindah ke etape 2, dan dari etape 2 pindah ke etape 1 sehingga pelaksanaan lebih cepat selesai. Pada etape 2 peserta harus lebih berhati-hati karena bila meleset sedikit masuk sungai dari ketinggian lebih 4 meter, dan untuk mencapai sungai peserta harus memutar dengan mengitari pepohonan kayu putih.

Meski matahari di atas kepala penonton diuntungkan dengan rindangnya pepohonan yang menjulang, inilah keistimewaan tempat ini. Para penonton bisa menonton dari ketinggian atau di balik pepohonan yang berundak mirip tribun. Penonton tidak dipungut biaya. 

"Edian mas bocah isih 9 tahun kok pinter nyetir jeep sak mene gedene, bapak e kok yo tego...," kata Pak Jaimin petani di sekitar lokasi yang ikut menonton, dia takjub melihat anak 9 tahun dari Trenggalek yang pawai menyetir jeep yang keluar masuk jurang berbahaya.

Menurutnya lagi, balapan seperti ini lebih sering-sering diadakan bisa buat hiburan sambil bekerja.

Antusias penonton luar biasa karena baru kali ini diselenggakan event yang memacu adrenalin seperti ini. Orang Ponorogo kebanyakan masih awam dan haus akan hiburan akrobatik seperti ini. Berkali-kali sorakan dan jeritan penonton tatkala ada jeep peserta yang terbalik, penonton menjerit histeris namun ketika pengemudinya aman dan selamat mereka bergeleng-geleng, perlengkapan dan keamanan kendaraan harus memenuhi standar, meski terjungkal mereka masih menempel di jok yang masih tertali oleh sabuk pengaman.

Acara ini digelar dalam rangka ikut memerihakan Grebeg Suro dari komunitas of road 4x4 Ponorogo. Peserta berdatangan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan beberapa kota di Jawa Timur. Mereka sudah terkoordinasi dalan kegiatan yang rutin dari kota ke kota yang memperebutkan trofi dengan hadiah yang lumayan tinggi. Banyak peserta muda usia SD atau SMP dan ini menjadi daya tarik dan ketakjuban dari para penonton.

"Cucuk karo ragat e mas, hadiahe lumayan keno gawe tuku shok breker...," kata Mas Yuda dari Blitar.

Ini merupakan kali pertamanya saya memotret event seperti ini, dan sempat bingung karena memakai lensa pendek ndak kelihatan, lensa panjang bocor terhalang penonton dan pepohonan. Lokasi begitu dipadati penonton sehingga untuk memotret juga susah, sementara bila terlalu mendekat takut dilindas ban jeep yang melaju kencang, satu-satu jalan hanya bersembunyi di balik pohon, bila terpaksa tertabrak pohonnya dulu baru kameranya. Lokasi yang berdebu juga merepotkan berkali-kali harus mengelap lensa, dan berkali kali harus menaikkan kaos yang dipakai karena lupa tidak membawa masker.

Mungkin perlu belajar lebih banyak untuk memotret balapan seperti ini, terutama persiapan alat dan pengaman, dan seyogyanya kalau memotret jangan membawa anak kecil, berkali-kali anak saya lepas ketika saya membidik, dan bila lepas bisa sangat berbahaya karena jeep sewaktu-waktu akan lewat. Meski ada batasan berupa pita-pita berwarna namun sangat berisiko dan harus mencari lokasi yang aman untuk memotret atau menonton.

Kejuaraan kemarin menghasilkan juara kelas 1000cc 1 Klub Hapy New Year, juara 2 Hery Jeram, juara 3 Heri Beer Hast dari Karang Anyar, Adam IOC juara 4, dan jura 5 Gandung Gamping Uwuk.

Sementara di kelas FFA juara 1 Dafa Mikola dari Sragen, juara 2 AWE PSM Ban, juara 3 Rahmad dari Rembang, juara 4 Agus Jimbun.

Para peserta banyak yang memuji, lokasinya luar biasa dan berharap support dari pemda dan perhutani untuk memperbolehkan area nya dijadikan lokasi kejuaraan di lain waktu. Lokasi yang tak jauh dari kota, lokasi yang segar udaranya. Mereka juga berharap masyarakat ikut termotivasi untuk mencintai olah raga seperti ini, potensi pembalap tuan tumah luar biasa, banyak pembalap muda usia SD dan SMP yang kelak mereka yakini bisa tembus ke kancah nasional.

 

"Selamat datang di kota Ponorogo, kotanya olahraga dan budaya"

 

*) salam njepret
*) salam kampret

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun