Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lestari Adhelia: Puteri Indonesia Persahabatan 2015 Mengunjungi Pengrajin Reyog

13 Oktober 2015   00:18 Diperbarui: 13 Oktober 2015   05:09 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Kakang Senduk yang mendampingi Puteri Indonesia ini, pada tahun lalu rombongan reyog yang membawa dadag merak tidak boleh masuk Thailand karena dianggap penyiksaan dan membunuh hewan yang dilindungi. Setelah diberi keterangan serta bukti-bukti akhirnya group kesenian reyog tersebut bisa tampil di negara tersebut. Sebelum berangkat ke Thailand sudah disediakan dokumen-dokumen yang diperlukan, karena itu merupakan salah satu kendala yang harus dihadapi.

"Awalnya reyog memakai burung merak yang diawetkan mbak, dan ketika merak sulit didapatkan diakali dengan merak imitasi seperti ini mbak..." kata anak pak Sarju sambil menunjukkan merak-merakan yang dipasang dalam reyog dadag.

Rasa penasaranpun kembali menghampirinya, dengan takut-takut ketika mendekat barongan yang menyerupai kepala harimau. Banyak pertanyaan yang diajukan, terutama tentang perlindungan satwa langka, satwa yang seharusnya tidak boleh dibunuh untuk diambil sesuatunya.

"Ini kepala hari mau betulan mas?" tanyanya yang mengundang tawa.

"Bukan mbak ini kepala reyog, ini yang dinamakan barongan, ibi topeng besar yang dibentuk menyerupai harimau mbak, dan bukan kepala harimau..." jawab mas Darsono salah satu keponakan pak Sarju.

"Maksud saya apakah ini kulit harimau mas?" tanyanya sambil tersenyum, dia bermaksud mempertegas pertanyaannya yang tadi.

"Ini kulit lembu mbak yang dibikin mirip dengan kulit harimau, nanti saya tunjukin dibelakang proses pembuatan dan pewarnaannya..." jawab mas Darsono.

Sebelum tahun 80-an kepala reyog berbahan kulit harimau asli, dulu kepala reyog (barongan) tidak boleh disentuh oleh perempuan, barongan ini begitu di sakralkan. Diirawat dan beri sesaji setiap malam Jumat. Diberi wewangian dan dibakari dupa dibawahnya. Entah mengapa setelah era tahun tersebut  larangan tersebut sudah hilang dengan sendirinya, apa mungkin karena bukan kulit harimau? Tidak tahulah.

Sejak saat itu seringkali penari jathilan perempuan atau tamu dipanggul di atas kepala reyog tanpa rasa takut kuwalat seperti dulu lagi.

Sampai ruang belakang ditunjukan cara membikin kulit lembu berubah menjadi kulit harimau, kulit lembu diberi warna loreng sesuai alur warna kulit macan dengan menggunakan cat yang halus, cat tersebut cat khusus mirip cat rambut yang tahan air dan tahan panas. Warnanya menyesuaikan dengan warna kulit jenis hariamau yang dikehendaki.

Dengan seksama Puteri Indonesia ini memperhatikan tahap demi tahap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun