Mandau salah satu koleksinya, dia mengatakan usia mandau lumayan tua, mandau jaman kerajaan Kutai Hindu, mandau adalah senjata khas suku Dayak. "Jenis mandau seperti ini yang dalam cerita bisa terbang..." katanya sambil menunjuk dengan telunjuknya senjata yang mirip keris tapi tidak berliuk malah mirip belati tersebut.
Dia juga memperlihatkan baju kulit, baju khas suku dayak yang dipakai saat berperang, baju seperti ini dulu tidak tembus senjata alias kebal senjata, katanya.
Ada juga senjata koleksinya yang bentuk dan ukirannya perpaduan antara pusaka kerajaan di Jawa dan kerajaan di Kalimantan, ini pertanda kalau jaman pusaka dibuat sudah ada komunitas yang dihuni oleh kedua kerajaan tersebut, paling tidak sudah ada kerja sama baik sejara ekonomi ataupun budaya, jelasnya lagi.
Dia paling sayang pada senjata yang bentuknya mirip kujang (senjata khas Jawa Barat), gagangnya dilapisi emas, entah kadarnya berapa dia tidak tahu, yang dia tahu itu emas lama.
Dia datang ke pameran bukan untuk menjual atau melepas koleksinya, dia menagatakan kalau bisa malah ingin menambah dari bursa yang diadakan disini untuk menambah koleksinya.
Menurut Pak Gatot mengoleksi barang pusaka sama halnya menjaga warisan budaya, karena bila barang-barang seperti ini jatuh ke kolektor luar negeri sama halnya Indonesia kehilangan barang sejarah, kehilangan budaya, kehilang warisan leluhur, katanya.
Belum ada undang-undang khusus yang mengatur keluar masuknya senjata pusaka sering kali barang pusaka sering lepas ke kolektor manca negara, katanya. Berbeda dengan barang yang sudah masuk cagar budaya perlindunganya lebih ketat. Dia berharap pemerintah tanggap akan hal ini, karena tak mungkin dia terus mengoleksi barang barang tersebut karena keterbatasan dana. Barang-barang pusaka ini dia dapatkan dari lelang dan bursa, maksud dia mengoleksi dengan tujuan agar tidak lepas pada kolektor asing yang juga sama-sama memburunya.
"Selamat datang di Ponorogo Bumi Wengker, Selamat datang di Kota budaya"
*) salam budaya
*) salam kampret
*) salam njepret