Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Festival Reyog Nasional XXII Secara Resmi Dibuka oleh Wagub Jatim Gus Ipul

8 Oktober 2015   10:56 Diperbarui: 8 Oktober 2015   13:31 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tariannya lucu sering kali mengundang gelak tawa, wajah cantik para penari dipoles sedemikian rupa namun kecantikanya tak bisa tertutupi, wakakakakakaka. Emban, pengasuh, pembantu bila diperlakukan dengan baik kebaikannya melebih saudara, dan mereka adalah bagian dari keluarga, mungkin pesan tersebut yang ingin disampaikan oleh penata tari yang ditampilkan semalam.

Dalam sambutan sebelumnya, pejabat Bupati Ponorogo menyatakan, perayaan Grebeg Suro kali ini mengambil tema 'Pelestarian budaya dan mengangkat potensi budaya daerah'. Grebeg Suro adalah prosesi keagamaan dalam menyambut datangnya tahun baru Hijriyah yang dipadu dengan budaya, mendapatkan sisi ekonomi, lanjut Bupati dalam sambutannya. Meningkatnya hunian hotel, munculnya hotel, meningkatnya transaksi kuliner maupun transportasi menjadi salah satu dampak ekonomi bagi masyarakat, jelasnya lagi.

Dalam festival ini Bupati menyatakan ada 40 grup reyog yang akan berlomba, 25 dari luar Ponorogo dan 15 dari dalam Kabupaten Ponorogo. Kesemuanya grup yang terbaik di daerahnya masing-masing dan dari grup terbaik ini akan dijadikan barometer perkembangan reyog di Indonesia, imbuhnya lagi.

Dalam kesempatan semalam juga diserahkan piala bergilir presiden dari pemenang tahun lalu, yaitu grup reyog Singo Manggolo SMA 1 Ponorogo kepada Ketua Panitia Agus Pramono yang selanjutnya diserahkan kepada pejabat Bupati untuk diperebutkan kembali.

Gus Ipul juga terpukau oleh penampilan grup reyoh Singo Budi Utomo, grup reyog dari Univesitas Muhammadiyah Ponorogo, para penari dan nayagonya masih belia. Gerakannya rancak penuh kreasi namun masih berada di jalur pakem, di mana ada patokan yang harus dipakai dan patokan yang tidak boleh dilanggar.

Gus Ipul memuji dengan mengatakan, "Reyog itu penuh dengan kelembutan, penuh dengan keperkasaan, penuh dengan semangat, penuh dengan kerja sama, semoga ciri khas reyog ini bisa menginspirasi para pemimpin di mana harus berbuat lembut, kapan harus berbuat tegas, dan harus pandai mengorganisir."

Sosok arif seperti Klono Sewandono, perkasa seperti penari reyog dan para warok, luwes seperti penari jaranan, dan lincah seperti penari ganongan adalah modal sebagai pemimpin dan modal bagi para tunas muda yang akan menjadi penerus negara ini, imbuhnya lagi.

Tari Sawung Asmoro menjadi tari penutup pada acara pembukaan semalam, tarian ini bersumber cerita dari legenda Ponorogo tentang kisah cinta Joko Lancur anak Ki Onggolono yang suka berjudi dan menyabung ayam dengan Amirah putri dari Kyai Ageng Mirah. Kisah cinta ini ditentang oleh orang tua kedua belah pihak, perbedaan keyakinan dan adat istiadat yang melatarbelakangi. Kisah cinta mereka berlanjut dengan beberapa persyaratan dari Kyai Ageng Mirah. Dengan kekuatan sihir Ki Onggolono semua persyaratan bisa dipenuhi. Mengetahui semua hanya maya dan karena ilmu sihir, Kyai Ageng Mirah berdoa kepada Alloh agar yang benar diperlihatkan benar dan yang batil dipertunjukkan, dan doanya dikabulkan oleh Alloh. Semua persyaratan berubah jadi wujud aslinya, padi berubah menjadi jerami, kedelai berubah menjadi titen (kulit kedelai) wujud aslinya.

Ki Onggolono marah dan kemarahannya ditujukan kepada putri Amirah sehingga putri Amirah sampai menemui ajal. Mengetahui kekasihnya meninggal, Joko Lancur akhirnya bunuh diri dengan menusukkan keris pemberian ayahnya ke dadanya. Keduanya meninggal dalam kisah cinta yang tak sampai. Sampai saat ini kutukannya masih terasa. Warga dari kedua desa tempat mereka tidak berani saling berpasangan saling besanan sampai sekarang ini. 

Acara pembukaan semalam juga dihadiri oleh beberapa kepala daerah seperti Bupati Pacitan, Bupati Madiun, Walikota Madiun, pejabat Bupati Kediri, Bupati Nganjuk, Bupati Trenggalek, bupati Blitar bahkan Bupati Gunung Kidul juga hadir.

Banyak ucapan selamat berupa karangan bunga dari berbagai instansi, perwakilan pemerintah daerah, dan tampak pula ucapan dari Gubernur DKI Jakarta Ir. Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), beliau mengirimkan karangan bunga karena tidak bisa hadir dalam acara pembukaan kemarin. Tidak berlebihan kalau Gubernur mengucapkan selamat karena group reyog DKI Jakarta sering menjadi langganan juara festival reyog yang berskala nasional seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun