Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Geliat Pengrajin Motor Gede di Krisis Jilid 2

29 Agustus 2015   00:37 Diperbarui: 29 Agustus 2015   04:48 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ini adalah krisis yang kedua bagi pak Yit dan tentunya bagi semua bangsa Indonesia bila rupiah terus merosot, dan berawal dari kemerosotan rupiah di tahun '98-'99 Pak Yit harus memutar otak untuk bertahan hidup bersama keluarga diantara jepitan persaingan pengrajin gong di daerah Paju Ponorogo.

Krisis '98-'99 hampir saja membuat usahanya kolaps, usahannya membuat gong dan gamelan Jawa dari besi lainnya nyaris berhenti, tidak ada pembeli, tidak ada pemesan, bahkan orang yang semula memesan membatalkan pesanannya. Disaat-saat nganggur waktu itu dia memodifikasi motor Honda CB Twinn-nya, bermodal sisa-sisa limbah kerajianannya dia membikin motornya mirip motor gede seperti gambar yang dia dapat dari bekas majalah. Dan setelah jadi banyak memancing perhatian orang yang melewati bengkel kerajianannya, maklum bengkelnya berada di jalan utama Ponorogo-Pacitan. Berawal dari inilah banyak orang yang memesan motor roda duanya dibikin motor gede. Dan dari kebanyakaan model model Harley-D yang paling diminati para pemesannya. Dan dari cerita dari mulut kemulut para pecinta adventure berdatangan sampai ngantri di bengkel Pak Yit ini, kenangnya.

Motor-motor yang paling favorit dibikin motor gede adalah motor 4 tak yang bermesin (cc) besar, dan yang tersering adalah motor Binter Mercy legendaris yang dikeluarkan pabrikan Kawasaki, Honda CB juga banyak yang antri untuk didandani menjadi motor gede. Meski dia tidak mempunyai pendidikan dasar tehnik dia mumpuni untuk urusan pola dan desaian, lulusan SMA jaman dulu berbeda dibanding dengan sekarang, katanya ketika ditanya tentang pendidikannya.

"Orang Indonesia itu ukil mas, bisa menghidupkan yang sudah mati, bisa membuat muda yang telah renta, yang tentang beginian ini...... barang beginian kalau di negeri asalnya sudah dibuang, disini masih disayang-sayang" katanya sambil tertawa. 

 

Yang terpenting adalah telaten, imbuhnya. Paling dahulu dia membuat tangki bahan bakarnya dahulu, dia teliti mulai membikin tutup tangki sampai kran dan detail lekukan tangki supaya benar-benar mirip gambar yang diinginkan pemesannya, (seperti tampak gambar diatas dia sedang memola tutup tangki). membuat rangka menambah panjang atau pendek sesuai panjang pendek yang diinginkannya dengan memakai peralatan las. Baru membuat kaki-kaki dan asesoris seperti slebor, knalpot, setir, lengan ayunnya, sampai urusan asesoris samping (tempat duduk tambahan seperti gambar motor paling atas dan model vespa diatas).

Menurutnya pesanan kadang ramai kadang sepi, sesuai musim apa yang sedang ngetren, ketika musim vespa yang ramai pesanan tentang vespa, untuk vespa biasanya dirubah model lama (model jadul) meski kendaraan tersebut keluaran tahun 90-an, menurutnya lagi model tahun 60-70 yang paling digemari.

Untuk motor Honda yang digemari pelanggan adalah model honda ulung (Honda cekeh), banyak motor tahun 80-90 dimodel menjadi motor tahun 60-70 an tersebut.

Untuk modifikasi badan mirip motor gede dia ongkos 7,5 juta, dan bila menginginkan di cat sekalian dia menambah ongkos 500-sampai 1 juta tergantung lebar permukaan yang di cat. Namun kebanyakan para pelanggannya mengecatkan di lain tempat, yang secara khusus hanya melayani pengecatan.

Ketenaran Pak Yit sampai di daerah pelosok, perbatasan dan pegunungan di Ponorogo. Banyak orang yang memodifikasi motor bebeknya menjadi motor trail seperti pesanan yang baru jadi diatas. Kendaraan model tersebut cocok buat bekerja di pegunungan yang jalan dan kondisi lapangannya berlobang dan berlumpur. Biasanya kendaraan model trail ini dipakai untuk mengangkut rumput, hasil panen, serta membawa pupuk, jadi motor tidak perlu dicat sedemikian rupa, cukup seperti gambar diatas. Orang-orang Magetan sekitar telaga sarangan sering memakai motor jenis ini, dan mudah ditemui disaat pagi dan menjaleng petang, menggantikan becak lawu yang selam ini menjadi angkutan utama (becak lawu adalah model gerobak dengan beroda klaker, berupa kayu persegi yang dikasih roda, tanpa mesin dan dipakai mengangkut rumput dan hasil panenan).

Ketika ditanya apakah tidak melanggar aturan lalu lintas dan jalan? Dia menjawab ini buat adventure dan bekerja di pegunungan, tentunya para pelangganya tidak bakalan memakai dijalan raya, katanya sambil menunjuk jalan aspal yang panas didepan bengkelnya.

Dia tidak merubah mesin atau cc kendaraan, dia bukan ahlinya soal itu. Soal salah benarnya terserah para pemesannya, karena yang memakai bukan dia.

Menjelang musim penghujan (musim tanam) dia bakal kebanjiran orderan motor trail, seperti menjelang musim tanam tahun-tahun lalu.

Meski hanya dibantu 2 orang karyawannya dirasa cukup untuk melayani pesanan di saat-saat sekarang ini, dan baru berpikir menambah karyawan bila situsi bengkelnya bertambah ramai.

Ketika ditanya lebih suka membuat gong (gamelan) atau modifikasi motor gede? Dia tertawa, dia lebih memilih membuat gong sesuai jiwa seninya, sesuai ketrampilannya semula.

Diapun masih memproduksi gong dan gamelan seperti nampak di gambar diatas. Dia masih membanggakan gong buatanya, menjelang hari jadi Ponorogo dan Grebeg Syuro orderan membuat gong dan revarasi goong juga meningkat.

"Lumayan mas, saget damel ampet-ampet, tirose negarane lagi krisis....." katanya sambil memamerkan gong buatanya, lumayan bisa untuk bertahan disaat negara yang menurut orang sedang dilanda krisis ini.

"kerja, kerja, ayo kerja................"

 

*) salam blusukan
*) salam njepret
*) salam kampret

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun