Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sholat Ied dan Lebaran Diundur, Bertepatan Hari Naas

17 Juli 2015   23:08 Diperbarui: 23 Juli 2015   22:21 1736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut paklik dulu yang babad desa ini meninggal betepatan pada hari Jumat Wage, dan hari itu dianggap hari naas untuk segala kegiatan atau keramaian. Selain hari naas desa jurug ini juga meyakini adanya larangan menanam kedelai, dan memiliki kendaraan berwarna hijau, ataupun cat rumah warna hijau. 

Untuk orang yang asli daerah Jurug akan mematuhi sampai sekarang, dan hanya pendatang yan tidak mengetahui akan hal tersebut yang akan melakukannya.

Dulu sebelum tahun 80-an seringkali truk angkutan yang berwarna hijau akan mogok di batas desa ketika akan memasuki desa Jurug, namun sekarang entahlah sampai sekarangpun jarang ada truk warna hijau yang berani masuk desa. Konon warna hijau adalah warna ageman (pakaian) Ki Juru Mertani yang babad (penyebar agama Islam) di desa ini.

Sampai kapan desa ini akan mempertahankan kepercayaan tersebut?? Menurut cerita yang berkembang pada masayarakat desa Jurug ini merupakan penghormatan kepada Eyang Wireng Kusumo yang telah babad desa serta menyebarkan agama islam di desa ini, dulu sebelum beliau datang desa ini tidak bisa ditanami padi, dan berkat kegigihan beliau membuat saluran irigasi sehingga bisa mencetak sawah-sawah, dan beliau adalah punggawa dari Mataram sebagai Juru Mertani (mungkin kalau sekarang jabatan buat ahli pertanian dan semacamnya), beliau juga lebih dikenal dengan sebutan Mbah Gedong, karena makamnya dipagari tembok tinggi mirip gedong.

Entahlah seringnya kejadian celaka dan sial ketika melanggar menjadikan kepercayaan tersebut dipegang sampai kini.

Dan sayapun pulang, karena hanya pemakaman yang masih ramai oleh para warga yang berziarah menjelang lebaran seperti daerah lainyanya menjelang lebaran, dan besok pagi kembali ke desa ini lagi untuk berlebaran meski perjalanan jauh dan dengan jalan naik turun bertanjakan tajam.

 

*) Selamat hari lebaran
*) Salam jalan-jalan
*) Salam Kampret

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun