Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pengalaman Ziarah Ke Makam Syeh Makukuhan

28 Juni 2015   18:25 Diperbarui: 28 Juni 2015   18:25 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar cerita pak Sugito sekitar jam 2 ada bus dari arah barat, luar biasa suaranya dari jauh sudah terdengar dari jauh, mungkin karena malam hari tak ada kendaraan yang lewat, makanya suarana mendominasi. Busnya lucu mulai naik menuju bus semuanya tidur, kecuali sopir.Dan sebentar kemudian kondektur bus mendekat, saya segera membayar ongkos bus untuk 2 orang, atas saran mbak Selsa tempo hari saya disuruh turun di dekat rawa pening, disuruh lewat Salatiga yang akses angkutan umumnya enak diwaktu malam hari. Penumpangnya lucu hampir semua bersarung dan mukanya ditutupi, mirip terroris. Dan bawaan mereka didominasi karung, tas besar, cangkul dan sabit mirip orang mau pergi ke sawah atau jauh. Dipikiran sempat tersitar was was, apalagi stiker stiker yang menempel di dalam bus juga menegrikan tulisannya. Si kondektur kembali lagi tidur di belakang, dan saya lihat semua penumpangpun tidak ada yang terjaga, semua tertidur termasuk saudara saya yang berada disamping saya. Sesampai di pertigaan Secang pengemudi menghentikan bus-nya, dan lagi-lagi semua penumpang masih tertidur, si sopir turun dan saya lihat minum kopi di warung, dan segera naik kembali.Lagi lagi semua penumpang tertidur, cuma saya dan si sopir yang terjaga, si sopir mengendalikan kendaraan ugal-ugalan, jalan curam di turunan sekitar ambarawa, dan Rawa pening dia genjot luar biasa, sampai suara mesin bunyi tratak...... tak.... seperti gigi rendah yang dipacu melebih rpm.  saya tidak berani mengingatkanya, takut marah. Saya hanya pasrah pada Alloh seumpama harus mati malam itu di bus jurusan Purwokerto - Semarang yang kami tumpangi. Sopir selalu ambil jalur kanan, dan klaksonnya selalu ia penjet agar pengemudi lawan arah menepi, dengan kecepatan tinggi dijalanan curam sesekali saya lihat spedo meter bus menujukkan jarum diatas 90 km/ jam padahal jalanana turun curam. Lagi lagi tiada yang terbangun meski berkali kali sopir menginjak rem dengan mendadak, sesekali saya memotret para penumpang. Dan anehnya berkali kali memotret sopir semua buram tidak ada yang jadi, gilaaa. Kira-kira sesampai di pertigaan dekat rawa pening sekitar jam 3;30. Padahal menuerut pak Sugito di pertigaan ini seharusnya tiba jam 5 an pagi. Saya dan saudara saya turun, dan ketika saya tanya tentang perjalanan naik bus tersebut, dia menjawab tidak ada apa-apa cuma ngantuk berat. Semperempat kemudian saya mendapat bus jurusan Semarang-Solo, bus patas. Segera kami naik, namun sesampai di daerah Boyolali perut saya mulas luar biasa mungkin karena terguncang di bs tadi atau makanan ketika sahur di Kedu. Si sopir menhentikan kendaraan di dekat masjid, saya segera berlari menuju toilet, sebentar kemudian saya sudah lari kembali menuju bus patas, luar biasa si sopitr tidak marah. Dan perjalanan berlanjut sampai terminal Solo kami melanjutkan perjalanan ke arah Madiun, dan pulang ke Ponorogo.   *) Salam ramadhan*) salam jalan-jalan*) salam piknik 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun