Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desa Perdikan; Apresiasi Raja Buat Rakyatnya Yang Berjasa

16 Mei 2015   05:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 4377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_365360" align="aligncenter" width="510" caption="Astana Srandil, desa perdikan yang dihadiahkan Sinuwun Pakubuwono pada masyarakat desa Srandil "][/caption]

Ponorogo, 11/05/2015

Ada 9 desa perdikan di Ponorogo, diantaranya Setono, Pulung Merdiko, Menang, Nglarangan, Taman Arum, Tegalsari, Karanggebang, Srandil, dan Tajug. Istilah perdikan mirip dengan merdeka, hamardiko, mahardika, ataupun bebas. Desa perdikan merupakan bentuk apreasiasi (hadiah) dari raja yang diberikan kepada rakyatnya yang diangap berjasa pada negaranya. Dan terjadinya desa perdikan di satu wilayah dengan wilayah lainya tidak sama, mempuyani sejarah dan cerita unik sendiri-sendiri. Dulu sebuah desa perdikan, semua rakyat dibebaskan dari segala bentuk pajak negara, bebas kerja paksa, segala urusan diatur sendiri oleh desa perdikan, namun demikian tidak boleh bertentangan dengan aturan yang telah ditetapkan oleh negara (Babad Ponorogo).

Di desa Setono Kota Lama merupakan tempat jasad-jasad pendiri Ponorogo dikebumikan, dan merupakan cikal bakal kabupaten Ponorogo oleh negara saat itu desa Setono dimerdekakan.

Di desa Tegalsari dan Karanggebang  hadiah dari raja karena Kyai Mohammad Besari  memajukan agama Islam dan Sinuwun Pakubuwono pernah ke Tegalsari ini ketika terjadi serangan di Surakarta.

Dan berikut ini akan saya ceritakan tentan desa perdikan Menang dan Srandil, lokasi desa ini bersebelahan, jalur Ponorogo ke Wonogiri.

[caption id="attachment_365362" align="aligncenter" width="510" caption="Gapura reyog masuk desa Menang"]

14313113032066993287
14313113032066993287
[/caption]

Desa perdikan Menang masuk wilayah kecamatan Jambon, satu-satunya desa perdikan di Ponorogo yang tidak diketemukan makam penguasa atau makam bangsawan.

Pada tahun 1742 Sinuwun Pakubuwono II mengunsing ke Ponorogo karena ada serangan yang dipimpin Raden Mas Garendhi yang dibantu orang Cina dari Semarang. Keraton Kartusuro berhasil dibobol, Sinuwun beserta istri dan anaknya yang dikawal prajurit melarikan diri ke arah timur mencapai wilayah Ponorogo. Sampai di daerah Sawoo dan Tegalsari, dan setelah mendapat masukan dari Kyai Ageng Mohammad Besari di Tegalsari, Siunuwun bermaksud kondur ke Kartosuro, dan sampai di daerah ini sudah kemalaman sehingga Sinuwun beserta rombongan menginap di rumah warga, yang sering dikenal Mbok Rondo Punuk karena seorang janda yang gemuk badannya. Di rumah ini Sinuwun beserta rombongan dihidangkan jenang katul (dedak) yang diwadahi lemper (dari tanah liat), Sinuwun terlihat lahap daharnya, waktu itu belum ada sendok, Sinuwun dahar memakai daun beringing sebagai pengganti sendok, Sinuwun dahar dari tengah dan menepi ke pinggir. Dan ketika sampai tepi jenang tidak bisa dimakan karena daun beringin sudah lemas layu karena terkena panasnya jenang katul.

Lalu Mbok Rondo Punuk spontan berucap, "Menyuap makanan kok dari tengah, pertanda kalau perang pasti kalah, coba dari tepi sedikit demi sedikit ke tengah, kalau perang pasti menang."

Lalu Sinuwun tersentak dengan ucapan pemilik rumah ini, karena ucapannya mengandung filosopi perang, dan dirumah ini Sinuwun menyusun siasat perang seperti kata-kata mbak Rondo.

Paginya Sinuwun dan rombongan berpamitan, namun Sinuwun masih menyembunyikan jati dirinya, dan mbok Rondo suatu saat disuruh datang ke tempatnya dengan ciri rumah berhalaman luas dan ada pohon beringinnya.

Dan di suatu waktu mbok Rondo dan keponakannya ingin pergi ke rumah orang yang telah menginap dirumahnya, betapa terkejutnya ternyata beliau adalah Sinuwun Pakubuwono II yang menjadi junjungannya. Dan oleh Siunuwun dihadiahai pakaian, perhiasan, serta piagam supaya diserahkan pada Bupati Ponorogo, dan oleh Sinuwun desanya dinyatakan sebagi desa pedikan dan dinamai Desa Menang, berawal dari sini kemenangan bisa diraih.

[caption id="attachment_365365" align="aligncenter" width="510" caption="gapura masu Astana Srandil"]

1431312711416084325
1431312711416084325
[/caption]

[caption id="attachment_365366" align="aligncenter" width="510" caption="Cungkup paling atas di astana Srandil"]

14313127851384710994
14313127851384710994
[/caption]

Disebelah barat desa Menang terdapat desa Srandil, kedua desa ini bersebelahan bahkan balai desanya nyaris berdampingan, dan keduanya sama-sama desa perdikan. Di desa Srandil ini terdapat Astana Srandil dimana para bangsawan atau penguasa Ponorogo khusunsnya para bupati Sumoroto beserta keluarga dan kerabat. Lokasi makam ini berada di bukit utara jalan menuju Ponorogo-Wonogiri, dari gapura depan kurang lebih 1-an km sesampai dipuncak, dan sebelum ke puncak kita mampir ke juru kunci Pak Saidi untuk minta ijin, atau pinjam kunci dan mengisi buku tamu. Barulah kita mempersiapakan tenaga karena jalan terus menanjak dan hanya bisa dilewati jalan kaki. Meski capek dan terengah-engah jangan kawatir sesampai diatas bisa terobati dengan indahnya pemandangan perkampungan Ponorogo di utara, timur, selatan dan barat yang hijau yang ditiup semilir angin, yang seakan Ponorogo kepung gunung sebaai pagarnya, dan yang paling indah di sore hari kita bisa menyaksikan matahari tengelam di sela-sela gagahnya gunung Lawu.

Di komplek makam ini dikebumikan jasad-jasad, dari sebelah barat ; Raden Mas Ruya Suryodikusumo (Patih), Raden Ayu Sumonagoro (istri bupati Sumoroto), Raden Mertokusumo (putra buapati ktho wetan, yang memulai babadan Srandil), dan gedong sebelah timurnya ; Raden Tumenggong Brotodirdjo dan istri bupati Sumoroto III, di luar gedong sebelah barat; Radenmas Tondowinoto dan istri, Wadono Kutu Tamansari, halaman sebelah timur Raden Aryogiri (Bupati Ponorogo), halaman sebelah timur Surodiwiryo (lurah Srandil).

[caption id="attachment_365369" align="aligncenter" width="510" caption="nisan dari batu bata ini dipercaya dimakamkannya jasad legenda Ponorogo, Warok Suromenggolo"]

1431312972872586458
1431312972872586458
[/caption]

Dan makam yang nisannya berupa batu bata yang berserakan ini diyakini tempat jasad legenda Ponorogo Warok Suromenggolo dikebumikan, meski di daerah Kertosari dan Ngampel Balong juga ada makam Suromenggolo, namun menurut pak Saidi dan masyarakat sekitar tempat inilah jasad beliau dikebumikan, yang lainya berupa senjata atau barang-barang pribadinya.

[caption id="attachment_365368" align="aligncenter" width="510" caption="makam eyang Potromenggolo di bukit sebelah timur"]

14313129241257414768
14313129241257414768
[/caption]

Dan dibukit sebelah timur diluar komplek astana Srandil bisa kita ketemukan makam Eyang Potromenggolo, yang merupakan tokoh penting di Ponorogo. Makamnya kurang terawat dibanding yang berada di dalam gedong sebelah barat. Menurut pak Saidi jarang orang yang mengetahui siapa beliau.

[caption id="attachment_365370" align="aligncenter" width="510" caption="Juru kunci Astana Srandil, bisa dihubungi 24 jam"]

1431313054342277059
1431313054342277059
[/caption]

[caption id="attachment_365378" align="aligncenter" width="510" caption="Pak Saidi meneruskan pakdenya sebagai jurukunci Astana Srandil"]

14313138152112170150
14313138152112170150
[/caption]

Peziarah biasanya datang berombongan, dari wilayah Ponorogo, Madiun, dan Solo. Paling ramai pada Kamis malam Jumat Pon, peziarah tinggal mampir ke rumah juru kunci yang berada di dekat masjid menuju ke bukit, juru kunci akan siap 24 jam, dan bilamana pergi kunci akan diserahkan kepada peziarah dan setelah selesai dikembalikan lagi ke rumahnya.

Ada yang istimewa bagi juru kunci didesa perdikan di Ponorogo, mereka mendapat gaji dari dinas Purbakala di Mojokerto, gajiannya diambil tiap 3 bulan sekali sambil menlaporkan kegiatan triwulanannya, dan setiap semester sekali pergi ke Surabaya untuk melaporkan semesterannya.

Ketika saya tanya berap nilai gajinya, pak Saidi sambil tersenyum," Poko lumayan mas, lubih sejuta sebulan, lumayan bisa buat kebutuhan lainya, meski ngambilnya harus ke Mojokerto, itung-itung sambil dolan....."

Itu cerita desa perdikan jaman dulu, namun setelah perjanjian Gianti 1755, semua kabupaten diluar tanah Kejawen menjadi wilayah jajahan Belanda, dan oleh karena itu desa perdikan hilang kemerdekaanya. Dan berdasar peraturan pemerintah RI tahun 1946 semua desa perdikan hilang kemerdekaanya. Diakhir tahun 90-an banyak masyraakat di desa perdikan di Ponorogo mengurus sertipikat kepemilikan, dengan begitu tanah yang mereka miliki terpajak dan bisa diperjual-belikan.

Bagi perangkat desa mendapat tanah garapan berupa bengkok sebagia pengganti upah, seperti halnya di Desa Pulung Merdiko semua perangkat desa mendapat tanh bengkok, bahkan imam masjid, tukan adzan, dan penabuh bedug juga mendapat tanah bengkok.

[caption id="attachment_365379" align="aligncenter" width="510" caption="perkampungan disekitar tampak kecil kecil, dilihat dari Astana Srandil"]

1431313883295897833
1431313883295897833
[/caption]

[caption id="attachment_365390" align="aligncenter" width="510" caption="Bukit astana Srandil dilihat dari persawah timurnya"]

14313159841877701832
14313159841877701832
[/caption]

Desa perdikan tinggalkan cerita tentang ungkapan bahagia seorang raja terhadap jasa warganya, desa perdikan wujud kedekatan penguasa dan rakyatnya. Meski tinggal cerita namun hubungan kawulo dan dan gusti masih terpelihara sebagai tradisi orang Jawa yang menghormati rajanya sampai akhir hayatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun