Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

[dibaliksecangkirkopi] Kopi Tekluk Jembatan Pejabat Dekati Rakyat

16 Mei 2015   05:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunitas pak guru biasanya ngumpul di sebelah selatan (kiri), para penghobi motor biasanya duduk lesehan sampai depan dieler Auto 2000, kelompok dewan biasanya duduk di sebelah kanan.

Di warung ini hampir tiap hari terjadi transaksi, entah sesama makelar motor, pengunjung dieler, ataupun para pejabat dengan rekanan yang nongkrong disini. Entah apa yang dibicarakan atau ditransaksikan, namun tempat ini nyaman untuk bersantai, remang-remang semakin membuat leluasa bernostagia.Dan berapapun lamanya tidak akan diusir meski hanya minum secangkir kopi, duduknya saja lesehan ditrotoar mana mungkin diusir? wakakakaka.

14310969021006802306
14310969021006802306
jadah bakar, andalan kedua setelah kopi diwarung ini

Selain kopi, jadah bakar menjadi andalan di warung ini, jadah ketan yang ditetel sampai pulen ditaruh ditampah dan dilapisi daun pisang lalu dipotong-potong bentuk persegi panjang seperti gambar diatas, lalu dibakar dan dinikmati dengan dicocol dengan gula pasir. Sayang tahu bakar dan mendol bakarnya tadi sudah kehabisan, sehingga belum sempat mengambil gambarnya.

Ketika ditanya apa rahasia kopinya? Katini hanya tersenyum sambil berkata, "Pokoke yo kopi apik, yen gak apik luwung ora dodol." Yang kalau diterjemahkan pokoknya kopi baiki, kopi pilihan, lebih baik tidak jualan kalau kopinya tidak baik, karena bisa mengecewakan pelanggan.

14310969551773450350
14310969551773450350
berteduh tenda, warung ini buka mulai menjelang magrib sampai tengah malam, pembeli lebih suka duduk ditikar ditrotoar hampir 100 meter panjangnya
1431097086576118037
1431097086576118037
jajanan sudah mulai habis, pertanda malam sudah larut dan warungpun segera tutup

Warung ini buka menjelang magrib dan tutup pada tengah hari, warung ini ramai ketika setelah magrib dan ramai kembali setelah isya. Dan paginya tempat ini dipakai jualan mbak Riana, keponakan Sugianto (Sugir) yang masih cucu mbah Tekluk tepatnya menjelang subuh sampai tengah hari.

Meski warung-warung angkringan menjamur di Ponorogo namun bukan merupakan saingan, karena warung ini sudah mempunyai pelanggan para maniak kopi, para penggila kopi. Meski cafe-cafe dan barista handal berdatangan di Ponorogo bukan ancaman, pangsa pasar mereka berbeda.

"Jangan pernah bilang jago ngopi kalau belum mencoba kopinya mbah Tekluk"

*) salam ngopi
*) salam jalan-jalan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun