[caption id="attachment_359562" align="aligncenter" width="510" caption="Rumah Sakit Mata dr. YAP tampak muka"][/caption]
Yogyakarta, 07/04/2015
Museum RS Mata dr. Yap berada di jalan Teuku Cik Di Tiro no 5 Yogyakarta, tepatnya di ujung belakang kiri belakang mushola RS Mata dr. Yap. Penasaran saya terobati sudah ketika siang sampai sore tadi bisa menikmati serta jeprat-jepret disana. Awalnya saya sempat ragu karena belakangan ini museum tersebut terlihat sering terkunci, atau mungkin saya dulu terlalu sore berkunjungnya. Tapi begitu saya liat pintu museum terbuka segera saya permisi minta izin untuk masuk kedalam, dan ada 3 orang pengelola yang siang tadi berada disana mbak Evi, mbak Arfina, dan ibu Ana. Mereka mempersilahkan saya masuk dan menyodorkan buku tamu seraya menanyakan nama dan asal saya.
"Seneng njepret mas?" kata mbak Evi, saya mengangguk dan terus menjepret.
"Seneng nulis mas.... kok sering dengar nama panjenengan....?" saya tidak menjawab dan hanya tersenyum, dan mbak Arfina-pun memainkan ponsel androidnya mungkin sedang mencari-cari tahu.
"Barang-barang ini dulu milik dr. Yap Hong Tjoen dan dr. Yap Kie Tiong, beliau anak dan bapak yang mendirikan Rumah Sakit Mata Yap ini... " jelas mbak Evi Nauwati sambil terus berkeliling mengikuti saya memotret.
"Beliau asli mana mbak?" tanya saya
"Beliau asli orang Indonesia keturunan Tionghoa, beliau menjalani study di negeri Belanda, sejak belajar di Belanda beliau sudah bercita-cita memajukan kesehatan orang Indonesia, dan Rumah Sakit Yap ini adalah peninggalan beliau, RS ini didirikan pada tahun 1923, namun begitu museum ini baru terealisasi pada tahun 1997." jelas mbak Arfina.
"Kok hapal betul, mbak sudah lama mengelola museum ini?" tanya saya lebih jauh.
"Saya dari dinas kebudayaan mas, kebetulan diperbantukan di museum ini, namun begitu musem ini tetap milik Yayasan Rumah Sakit Mata Yap Prawirohusodo yang diketuai Prabu Kusumo" terang mbak Arfina.
"Di Museum ini tersimpan alat-alat kedokteran dan perawatan khusunya mata, buku-buku lama, dan barang-barang pribadi seperti kamera, senapan, lukisan, dan peralatan dapur peninggalan beliau dari masa-ke masa" jelas mbak Arfina.
[caption id="attachment_359570" align="aligncenter" width="510" caption="papan nama "]
[caption id="attachment_359571" align="aligncenter" width="510" caption="alat-alat pemeriksaan mata, masih tersimpan dengan baik"]
[caption id="attachment_359572" align="aligncenter" width="510" caption="alat untuk mengukur lapangan pandang jaman dulu, sekarang lebih simple"]
[caption id="attachment_359602" align="aligncenter" width="510" caption="slit slam, alat pengukur lapangan pandang dan peralatan lainya"]
[caption id="attachment_359573" align="aligncenter" width="510" caption="slit slim, modelnya tak jauh berubah dengan model sekarang, yang membedakan sekarang serba otomatis dan lebih simple"]
[caption id="attachment_359574" align="aligncenter" width="510" caption="kursi operasinya sangat sederhana, sadel sepeda yang di tancapkan pada penyangga besi yang bisa diputar, mungkin dibikin sadel biar bokong dokter nggak panas karena kelamaan operasi"]
[caption id="attachment_359575" align="aligncenter" width="510" caption="ketel untuk merebus/ menyeteril alat-alat, metodenya tetap sama hanya modelnya sekarang yang beda"]
[caption id="attachment_359576" align="aligncenter" width="510" caption="setrika berbahan bakar arang milik rumah sakit, untuk menyeterika seragam dan alat tenun rumah sakit kala itu"]
[caption id="attachment_359577" align="aligncenter" width="510" caption="lensometer masih manual, sekarang semua sudah komputerisasi"]
[caption id="attachment_359578" align="aligncenter" width="510" caption="peralatan laboratorium-pun masih sedehana sekali"]
[caption id="attachment_359579" align="aligncenter" width="510" caption="peralatan apotik dan obat-obatan, tak jauh berubah dengan keadaan sekarang"]
"Beliau orang seni juga lo kayak mas, itu coba liat koleksi kamera beliau..." sambil menunjuk ke kamera lawas, yang membuat saya menasaran untuk terus mengabadikannya. wakakakakakakaka
Banyak peninggalan berupa kamera dan peralatan video dijaman itu milik pribadi beliau, meski sudah puluhan tahun namun masih terawat dan lensanya masih jernih, menjadikan ngiler buat para kolektor.
Barang-barang ini selain buat keperluan pribadi beliau, juga merupakan alat dokumentasi pada kurun waktu tersebut, merek-merek mahal dan langka yang hanya orang papan atas saja yang bisa memiliknya. berikut ini gambar-gambarnya.
[caption id="attachment_359581" align="aligncenter" width="510" caption="Leica, koleksi beliau yang masih mulus dan terawat"]
[caption id="attachment_359582" align="aligncenter" width="510" caption="antik dan mahal, peralatan ini masih bisa dinikmati di museum ini"]
Kecintaan beliau pada dunia seni juga ditunukan pada buku-buku bacaan berupa sastra dari berbagai negara, namun kebanyakan dari Jerman dan Belanda. Masih tersimpan rapi dan terawat bersandingan dengan buku-buku kedokteran lainya meski kondisinya sudah mudah robek.
Buku-buku ini menjadi rujukan para mahasisawa di daerah Yogyakarta, baik dari mahasiswa kedokteran maupun mahasiswa sastra dan budaya. Seperti 2 mahasiswi sastra Inggris ini yang siang tadi berbarengan dengan saya berkunjung.
[caption id="attachment_359584" align="aligncenter" width="510" caption="buku-buku lama peninggalan beliau, buku sastra dan kedokteran"]
[caption id="attachment_359583" align="aligncenter" width="510" caption="mbak Arfina memandu 2 mahasiswi sastra Inggis yang kebetulan berbarengan berkunjung siang tadi"]
[caption id="attachment_359598" align="aligncenter" width="510" caption="mbak Evi Nauwati (jilbab hitam) memandu pengunjung"]
Setelah puas melihat-liat ruang utama saya diberi kesempatan oleh mbak Evi untuk menuju ke kamar pribadi beliau yang berada di dekat mushola sekarang. Dan barang barang pribadi beliau berupa ranjang tempat tidur, almari pakaian, meja kerja, peralatan rias, hiasan dinding berupa hiasan khas Tionghoa, senapan, peralatan musik, tape recorder, piringan, serta lukisan-lukisan beliau.
Beliau dokter yang berjiwa seni tinggi, hobi memotret, melukis, sastra, dan peralatan dapur yang berbahan keramik bernilai seni tinggi di jaman itu.
[caption id="attachment_359586" align="aligncenter" width="340" caption="Lukisan diri dr. Yap Hoeng Tjoen"]
[caption id="attachment_359587" align="aligncenter" width="510" caption="Lukisan anggota keluarga beliau, terpampang di dinding kamar tidur pribadi"]
[caption id="attachment_359588" align="aligncenter" width="510" caption="almari pakaian dan peralatan meja rias kuno"]
[caption id="attachment_359589" align="aligncenter" width="510" caption="biola, bukti beliau penyuka seni dirutinitasnya sebagai dokter"]
[caption id="attachment_359590" align="aligncenter" width="510" caption="radio dan pemutar musik kuno"]
[caption id="attachment_359591" align="aligncenter" width="510" caption="senapan yang dipajang dibawah lukisan potret beliau"]
[caption id="attachment_359593" align="aligncenter" width="510" caption="perabotan dapur yang terbuat dari keramik "]
Dan masih banyak lagi peningalan beliau yang belum sempat saya uploud disini. Saya yakin museum ini layak dan wajib dikunjungi oleh para mahasiswa kedokteran, keperawatan, sejarah maupun sastra. Yakin lah ditempat ini para pengunjung seakan dibawa ke masa silam, dimana peralatan yang sangat sederhana. Namun dibalik kesederhanaan ini tersimpan semangat yang luar biasa dari anak bangsa warga keturunan Tionghoa yang mencintai negeri ini dengan dedikasi, pengorbanan luar biasa baik waktu, tenaga maupun harta. Hanya satu buat Indonesia tercinta.
Yakin lah di tempat ini anda akan jauh jauh membuang perasaan pribumi non pribuni, pribumi dan warga keturunan, belajar dari semangat beliau meski dijaman penjajahan Belanda dan kependudukan Jepang, berjuang dengan keahlian serta segala kemampuan untuk menyehatkan dan memajukan kesehatan.
dr. Yap Hoeng Tjoen meningal  di negeri Belanda  sedang putera dr. Yap Kie Tiong sebagai penerus meninggal pada tahun 1969. Setelah sepeninggal dr Yap Kie Tiong terjadi kevacuman rumah sakit selama 3 tahun yang berakibat rumah sakit jadi terbengkelai. Dan setelah 3 tahun tersebut ada penyerahan rumah sakit ini dari perwakilan keluarga pada pemerintah yang kalau itu diwakili pihak keraton, dan terbentuklah Yayasan Rumah Sakit Mata dr. Yap Prawirohusodo sampai sekarang ini.
Dan rumah sakit mata ini sekarang menjadi tempat rujukan penyakit mata dari pelosok Indonesia, banyak pasien luar Jawa yang memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah sakit ini.
Museum ini buka tiap hari kerja mulai jam 8 pagi sampai jam 2 siang, tanggal merah dan libur tutup. Gratis tidak ada ongkos apapun selain parkir di depan.
Mari kita cintai peninggalan sejarah, mari kita cintai negeri ini seperti kecintaan beliau pada Indonesia.
*) Selamat hari kesehatan sedunia
*) Salam Sehat
*) Salam Jepret
*) Salam Sejarah
*) Salam Kampret
*) Jogja_Istimewa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H