Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

[kampretjebul4] Pasar Lanang dan Pasar Wedok di Ponorogo yang Kian Terancam

28 Maret 2015   21:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="daging, ikan, dan tak melulu yang jualan wanita, tapi urusan barang dapur"]

[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="kelapa didatangkan dari daerah Trenggalek dan Tulungagung"]

[/caption]

Pasar ini merupakan pasar terbesar di Ponorogo, dan dulu merupakan pusat perdagangan di wilyah mataraman (Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Magetan, Madiun), posisinya ditengah diantar kabupaten-kabupaten tersebut. Dulu hanya satu lantai, setelah terbakar pada tahun 2000-an pasar ini dibangun menjadi 2 lantai. Ada pro kontra tentang kebakaran ini, konon sengaja dibakar karena para pedagang didalamnya susuah diatur, dan pasar padat dan kumuh. Tapi entahlah kala itu banyak pasar besar di Indonesia yang terbakar, namun isue itu menjadi isue nasional dimana pemabakaran pasar dimotif-i proyek pembangunan pasar selanjutnya. Entahlah.......

[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="penjual meluber sampai jalan raya dan dibekas stasiun KA"]

[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="sama-sama legal, didalam pasar maupun di pinggir jalanan tetap bayar retribusi"]

[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="pasar di bekas stasiun KA dan jalanan ini ramai di pagi hari bikin jalanan macet, sementara dalam pasar induk sepi"]

[/caption]

Paska kebakaran didirikan pasar darurat di bekas terminal, banyak pedagang yang frustasi selain kehilangan modal karena daganganya habis terbakar masih harus beradaptasi lagi dengan pasar darurat dimana situasi dan kondisinya tidak seperti di pasar sebelumnya.

Bersamaan didirikan pasar darurat, diutara pasar yang terbakar ini ada pasar krempyeng pasar sayur di bekas stasiun KA dan bekas kantor pengadilan niaga (sekarang sudah jadi aset pemda dan di jadikan pasar juga). Pasar inipun semakin hari semakin ramai dan ramainya-pun hampir menyamai pasar darurat yang berada di bekas terminal.

Antusias para pedagang ketika kembali menempati pasar setelah rampung dibangun paska terbakar tinggi, nama pasar-pun dirumah menjadi Pasar Songgolangit, satu tahun dua tahun ramai, begitu juga sampai tahun ke sepuluhan. Namun bersamaan ramainya perdagangan di dalam pasar Songgolangit, perdagangan yang berada diluar dijalanan dan di bekas stasiun juga mengalami peningkatan semakin pesat. Kalau didalam pasar Songgolangit buka jam 7 pagi sampai jam 5 sore, tapi pasar dijalanan ini nyaris buka 24 jam.

Dan ini membuat perdagangan didalam pasar resmi semakin menurun, keluh para pedagang di dalam. Karena barang-barang yang dijual diluar  sama dengan yang dijual di dalam pasar.

Beda lagi bagi para pembeli lebih mudah beli di luar tinggal parkir kendaraan dan turun langsung bisa memilih barang belanjaan yang diperlukan tanpa harus berjalan jauh ke dalam pasar, apalagi naik turun tangga. Dan orang yang jualan di luar ini selalu ada, baik ketika subuh orang mau masak, ketika berangkat kerja, ketika istirahat kerja, sepulang kerja, sore menjelang persiapan makan malam, bahkan sampai larut malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun