Sate biasanya disajikan 5 tusuk, tidak seperti di Ponorogo yang menghitugnya jinahan [per 10 tusuk], sate Jawa Tengahan cenderung berasa manis karena berbumbu gula jawa, sehingga kalau dingin sedikit daging sudah mengeras. Makanya orang Jawa Timuran lebih menyukai tonseng dan tengkleng kalau ke daerah perbatasan ini.
[caption id="attachment_178375" align="aligncenter" width="512" caption="Sate Jateng cenderung manis"]
Melihat orang memasak menjadi kepuasan tersendiri, selain bau yang menyengat yang membangkitkan selera juga berguru cara memasaknya, karena serba praktis di hadapan pembeli.
Mungkin api yang dihasilkan dari arang kayu yang dimasukan anglo lebih membuat lezat kuliner ini.
[caption id="attachment_178376" align="aligncenter" width="512" caption="Memasak memakai anglo berbahan bakar arang kayu"]
Warung-warung ini tersedia di sepanjang perjalanan Solo-Sukoharjo-Wonogiri hingga Ponorogo dengan harga dan rasa yang tidak jauh berbeda.
Warung-warung ini biasa buka jam 9 pagi hingga 9 malam.
Selamat mencoba, selamat mampir, selamat menikmati.
Tulisan saya tentang Food Photograpy yang lain;
artikel Weekly Photo Challenge (WPC): Food Photography.
Tertarik menampilkan foto-foto masakan atau kue hasil olahan sendiri beserta resepnya? Berpartisipasilah pada kegiatan WPC dari kawan-kawan Kampret minggu ini!