[caption id="attachment_177075" align="aligncenter" width="512" caption="Mengamen ; Nanang Doc"][/caption]
Kepergian Srie.. begitu terasa, tak hanya membuatku syok tapi membuat sekolah kedua anakku berantakan.
Keseharian ku sebagai buruh tani tak cukup untuk menutup semua kebutuhan keluargaku sehari-hari, si sulung yang duduk di bangku SMP tiap hari butuh 10 ribu buat transport dan jajan di sekolah dan si kecil yang masih duduk di SD tak kurang 5 ribu sehari.
Bermodal gitar tua yang kubeli di loakan kuberanikan mengais rejeki di malam hari, tak peduli kata tetangga maupun keluarga dari mertua. Asal halal semua kupersembahkan buat anak-anakku.
Seharian aku bekerja di sawah atau ladang dengan bayaran pas-pasan, sedangkan malamnya aku mengamen sepanjang jalan Bathoro Katong, dari angkringan satu ke angkringan yang lain. Karena hampir puluhan bahkan bisa menembus angka 50-an waung akringan yang jadi tongkrongan sepanjang jalan ini.
[caption id="attachment_177080" align="aligncenter" width="512" caption="Dari angkring ke angkring; Nanang Doc"]
Bakatku jaman muda dulu ku asah lagi, sambil bekerja di siang hari aku rerengengan itung-itung berlatih pentas malamnya [ngamen]. Awalnya malu-malu namun untuk kali pertama mendapat uang 50 ribu adalah hal yang sangat luar biasa, sama saja aku mencangkul sawah satu petak selama 3 hari. Dan hal inilah yang membuatku keranjingan. Aku cuma bisa membawakan lagu-lagu jawa campursari tak bisa yang lain, kalaupun ada cuma lagu kenangan jaman dulu. Tapi hal inilah yang menjadi andalanku karena rata-rata usia yang cangkrukan di angkringan adalah bapak-bapak usia baya. namun tak jarang di daerha kampus [ujung timur] daerahnya mahasiswa dan pelajar yang juga menyukai lagu-lagu campur sari yang aku bawakan. Sampai-sampai anak-anak sekolah ini membawa tipung sendiri dan ikut ramai-ramai nyanyi sambil menari-nari yang semakin membuat heboh suasana malam.
[caption id="attachment_177081" align="aligncenter" width="384" caption="aku dan gitar tua-ku ; Nanang Doc"]
[caption id="attachment_177083" align="aligncenter" width="512" caption="Jajanan teman Kopi; Nanang Doc"]
Dan di perempatan ini langkahku berakhir, dan karena aku harus segera kembali supaya jalanku tidak terlalu jauh dari titik pertamaku mulai mengamen.
[caption id="attachment_177086" align="aligncenter" width="384" caption="Tugu Adipura Sekuat Mentalku; nanang doc"]
Lirik Minggat Sri, kapan kowe bali Kowe lungo ora pamit aku Jarene neng pasar, pamit tuku trasi Nganti saiki kowe durung bali [Reff:] Sri, opo kowe lali Janjine sehidup semati Aku ora nyono kowe arep lungo Loro atiku, atiku loro Ndang balio.. Sri Ndang balio…o Aku loro mikir kowe ono ning endi Ndang balio.. Sri Ndang balio.. o Tego temen kowe minggat ninggal aku Yen pancene Sri kowe eling aku Ndang balio Aku kangen setengah mati (Sri kowe nong endi to Sri? ndang balio to Sri aku kangenn…. banget) [kembali ke Reff:]
Kisah malamku yang lain Semalam Di Alun-alun Ponorogo
Untuk lebih lengkapnya tentang Weekly Photo Chalenge 4, Night Photography, silahkan klik di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H