Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hitam Putih; Bercerita Rentang Hidup

2 Mei 2012   02:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:51 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo hitam putih yang mulai memudar ini saya ketemukan di rumah saudara sepupu bapak di daerah Krian Sidoharjo sana, awalnya saya nggak percaya ini  siapa yang berada di photo hitam putih ini.

Saya sudah lupa dengan wajah bapak atau ibu ketika saya kecil, karena wajah bapak sangat berbeda dengan sekarang, begitupun dengan ibuk.

Satu hal yang paling saya ingat adalah bunga plastik yang dulu ditaruh di bufet dirumah bapak, mirip yang dipegang perempuan kecil itu. Dan perempuan kecil ini mirip sekali dengan Ninda anak sulungnya kakak saya yang di Trenggalek sana, yang kini hampir tamat SMU mungkin usianya 18-an tahun.  Saya hafal dengan wajah Ninda karena dulu aku ikut kakak dan ikut mengasuhnya jaman kecilnya Ninda.

Ketika saya tanya saudara sepupu bapak juga nggak tahu siapa yang berada di photo ini, karena kebetulan yang dirumah suami dari saudaranya bapak.

Dan saya minta izin untuk memphoto photo hitam putih ini, dengan kamera hape ku-abadikan photo yang mulai memudar ini.

Selang beberapa bulan saya perlihatkan pada bapak saya, bapak seneng luar biasa. Ternyata yang berada di dalam photo hitam putih itu keluarga kami.

[caption id="attachment_174872" align="aligncenter" width="90" caption="Bapak kala muda"]

1335922565690279683
1335922565690279683
[/caption]

Ini Bapak, beliau masih ganteng, badannya masih kurus dibanding sekarang, memakai seragam guru waktu diphoto.

Kata bapak photo ini diambil tahun 1974-an ketika saya berumur 11-an bulan, kala itu bapak baru saja diangkat penjadi pegawai negeri.

Sebagai gaji pertama dibuat uang muka sepeda onta bekas seperti diphoto, dan sisanya buat belikan arloji [jam tangan yang dipakai ibu].

Saya jadi ketawa dalam hati, saat ini saja daerah kami [rumah kediaman bapak] pegunungan, jalannya naik turun, dan ketika saya SD saja belum diaspal, masih batu dan lumpur, bahkan batu-batunya sebesar kepala, buat apa sepeda kala itu?

Kata bapak sepeda tersebut banyak dituntunya dari pada di kendarai, paling-paling pas ada jalan datar bisa di kendarai.

Kala itu bisa punya sepeda saja sudah luar biasa, katanya bisa nambah gengsi. Tiap kali datang puluhan muridnya akan ikutan mendorong atau pegang sepeda tersebut.

[caption id="attachment_174873" align="aligncenter" width="109" caption="Saya digendong Ibu"]

1335923103236791978
1335923103236791978
[/caption]

Ini ibu saya, dan anak kecil yang digendong itu saya [cerita bapak].

Model baju yang dipakai ibu kala itu sudah luar biasa, mungkin satu kampung yang punya cuma ibu, dan jam tangan yang dipakai ibu adalah gaji pertama bapak.

Dan anak yang digendong ibu itu, sekarang nakalnya luar biasa wakakakakaka, sudah kawin punya anak 2, yang nakalnya  nggak kalah dengan bapaknya.

Ibu kala itu masih kurus dibanding sekarang, namun modis kala itu, maklum istri guru di kampung sehingga paling ngetrent sendiri.

Dan di gambar latar adalah rumah bambu berlantai tanah, itu rumah kami kala itu sangat sederhana. Dan sekarang sudah di renovasi dengan ditembok [tahun 1982-an].

[caption id="attachment_174881" align="aligncenter" width="576" caption="Ini Photo Bapak-Ibu sekarang"]

1335924352521489838
1335924352521489838
[/caption]

[caption id="attachment_174875" align="aligncenter" width="126" caption="Kakak memeluk bunga"]

1335923521400183558
1335923521400183558
[/caption]

Kalau ini kakak saya, dari sinilah saya mengenali photo ini karena mirip anaknya [keponakan saya]. wajah dan posturnya mirip Ninda.

Mungkin saya gak bakalan mengenali photo ini kalau nggak melihat kakak dan bunga plastik yang dipeluknya.

Lihat baju kakak saya, jadi teringat masa kecil ketika main api tak sengaja membakar baju itu, yang saat itu sedang dijemur ibu dihalaman belakang, kakak dimarahi luar biasa. Lagi-lagi baju sangatlah mahal kala itu.

[caption id="attachment_174886" align="aligncenter" width="576" caption="Anak digendongan itu, telah jadi bapak kedua lelaki ini"]

13359246582112905345
13359246582112905345
[/caption]

[caption id="attachment_174887" align="aligncenter" width="576" caption="Pernikahan adik bungsu"]

1335924737866240263
1335924737866240263
[/caption]

[caption id="attachment_174889" align="aligncenter" width="576" caption="Penulis "]

1335924832690736762
1335924832690736762
[/caption]

Ini dalam rangka mengikuti WPC 2: BW Photography, oleh Kampret

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun