Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Terkadang Aku Iri Dengan Ramadhan Kalian

20 Agustus 2011   11:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Adzan isya baru saja berkumandang, suara puji-pujian dilantunkan oleh anak seusia SD, sementara jerit anak anak berlarian kesana kemari meski puji-pujian sudah mulai dihentikan, pertanda iqomah segera dikumandangkan.

Kulihat orang tua renta disampingku sudah terbujur kaku, hanya suara mesin pengatur nafas jedak-jeduk seakan mewakili tugas paru-paru yang terbujur kaku dihadapanku.

Mushola diseberang jalan terdiam hanya suara aamiin... Seperti paduan suara serempak, meski ada lengkingan satu dua, mungkin anak-anak yang berlarian tadi.

Tanganku masih saja terdiam seakan terborgol nggak boleh digerakan seenaknya, takut menyentuh barang-barang yang menjadi larangan disentuh.

Aku tiba-tiba tersentak ketika orang yang membawa pisau disampingku berbicara, 'Ayo.. Dimulai...'

Orang yang memegang pisau mulutnya komat-kamit kayak orang baca mantra dibalik cadar penutup mulut dan hidungnya.

Sirr... Diiukuti cucuran darah, seakan tak peduli kayak apa sakitnya. Sementara saya dan teman saya segara menjepit sana sini dan sesekali mengelap darah yang terus bercucuran, sementara mesin penyedot darah bergetar seakan menolak bahwa yang disedotnya adalah darah yang kata banyak orang adalah najis, namun buatku adalah semangat yang dimana aku haus berkejaran dengan waktu untuk menghentikannya, kadang darah buatku berkah karena ini sawah ladangku.

Tak terasa bedug dan kentongan bertalu-talu, meski tak merdu semua yakin kegembiraan terpancar diluar sana, jerit anak berlarian menambah suasana semakin padu. Meski diluar sana gaduh namun mataku terus konsentrasi mengambil organ yang saya perlukan, setelah dirasa cukup semua kami kembalikan seperti semula begitu pula keadaan orang yang terbujur kaku dihadapanku, kukembalikan nyaris seperti aslinya tak terlihat apalagi setelah kutaruh perekat di atasnya, semua sudah nggak akan percaya bahwa organ vitalnya kami ambil satu, karena kami yakin kalau nggak diambil akan malah merepotkan orang yang terbujur ini.

Sementara teman saya mencabuti pipa-pipa yang ada dimulut dan hidung orang ini, saya sibuk mengemasi alat-alat tajam yang sebagian masih berlumuran darah.

Dan yakinlah ini malam 21 di Ramadhan ini yang saya lewatkan, namun saya yakin orang yang mulai tersengal-sengal dihadapanku ini lebih membutuhkanku dari kepentingan pribadiku, meski kepentinganku ini cuma datang 1 tahu sekali, dan itupun kalau tahun depan masih mendatangiku.

Bagaimana dengan Ramadhan anda?

[telkomsel ramadhanku]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun