Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Wakil Rakyat Itu Bernama; Yulianis Bukan Apriani

26 Januari 2012   06:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:26 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_157547" align="aligncenter" width="600" caption="gambar mobileseru.com"][/caption] Publik sudah tahu siapa pegemudi maut yang menelan kurban 9 orang tersebut, dan publik juga sudah tahu expresi Apriani meski telah begitu banyak kurban yang jatuh. Mungkin pengaruh narkoba mebuatnya mati rasa, dan tak pernah merasa berdosa. Hal ini serupa dengan para politisi [dewan, bekas dewan, relasi dewan, pejabat] kita yang tengah berjuang mati-matian utuk menghindari hukuman meski saksi-saksi dan barang bukti telah mengelilinginya. Wajah mereka tenang-tenang, senyam-senyum seakan lepas dari jeratan, seakan tidak pernah salah, tidak pernah melakukan. Apriani layak disejajarkan dengan mereka, anggap saja Apriani wakil yang mewakili kalangan politisi kita saat ini.

[caption id="attachment_157546" align="alignleft" width="298" caption="gambar kompas"]

13275606252020648467
13275606252020648467
[/caption] Publikpun mulai tahu siapa Yulianis, peluru-pelurunya, kartu-kastu AS-nya, begitu memberondong kepada semua orang yang terlibat, tidak pandang bulu, meski kepada penggede partai, pejabat teras, bahkah menyangkut keberlangsungan pemerintahan yang tersisa dari 5 tahunan ini, bahakan pada bekas bos-nya yang telah menggajinya selama ini. Yulianis layak pula menyandang kehormatan mewakili Rakyat yang selama ini tak pernah punya wakil tentang kejujuran, tentang keberanian.

Mari kita tunggu apa kilah orang-orang yang telah diberondong Yulianis.

Apakah kilah mereka masih khas seperti dulu?

  • "Yulanis itu ngigau", dan rakyatpun tau yang tidur selama ini mereka
  • "Yulianis fitnah", merekapun lupa bahwa selama ini yang tukang fitnah mereka
  • "Yulianis munafek", kalau dengar kata-kata ini semua pasti tertawa karena merekalah yang munafek selama ini, bekerja atas nama rakyat namun minum darah rakyat
  • "Yulianis mabuk", ini tambah ngaco karena mereka selama ini yang mabuk kekuasaan, mabuk materi
  • dll

Ibarat main catur 'skakmat' maju tidak bisa, mundur tidak bisa, apakah yang mereka bisa?

Yang aneh lagi didetik-detik Yulianis memberikan kesaksian, para petinggi partai ramai-ramai kumpul-kumpul di daerah sejuk sana, apakah mungkin mereka sudah tahu akan hal ini sebelumnya??

Seperti biasa ilmu dari Apriani si pengemudi maut mereka gunakan, pura-pura tidak salah.

Tapi ada satu cara lagi untuk menghindar 'skakmat' yaitu berusaha akan main 'remise' dimana tidak ada maju dan tidak mundur alias 'diam', diam disini akan membuat aman dan permainan caturpun akan selesai tanpa ada keputusan.

Skakmat atau Remise

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun