Lampu trafic light masih berwarna hijau sementara timer disudut tiang menunjukan angka 5 berarti 5 detik lagi lampu akan berubah menjadi merah, dan semuanya harus berhenti. Segera saya mengurangi kecepatan dan ambil jalur kiri, begitu juga mobil pik-up di samping kanan saya lampu rem-nya menyala pertanda si pengemudi akan menghentikan mobilnya. Sejurus kemudian lampu benar-benar merah dari spion saya lihat dua perempuan berboncengan juga menghetikan motornya tepat dibelakang mobil pik up tepatnya sebelah kiri bagian mobil.
Bruakk.......
Suara keras dari arah belakang seperti terdengar seperti orang menendang pintu dengan keras sekali.
Saya menoleh kebelakang dua perempuan tergelatak yang satu aspal-an sementara yang satunya masih menumpang mengakangi motor yang sudah terguling, sementara kaki satunya masih menyangkut pada bak belakang bagian belakang mobil pik up yang tertubruk mobil kijang di bagian belakangnya.
Segera saya menepikan motor dan mesin tetap saya nyalakan dengan harapan lampu motor saya bisa menerangi ke arah kejadian.
Kudekati perempuan yang tertelungkup di aspal-an, segera saya raba bagian lehernya dengan jari telunjuk dan jari tengah dan saya arahkan kesamping leher, saya tidak merasakan denyut nadi parotis dan saya tidak ada gerakan dada [pernafasan] pertanda kemungkinan perempuan ini sudah meninggal, lalu saya balik posisinya perempuan yang ada di hadapan dengan posisi terlentang, terlihat mukanya bersimbah darah dan batok kepalanya terlihat sampai bagian ubun-ubun. Saya berani pastikan perempuan ini sudah meninggal.
"Tolong hubungi 118 minta dikirim ambulan dan petugas.......!" teriak saya pada pengemudi pik up sambil saya menghampiri perempuan yang masih terlentang di atas motor yang sudah terguling.
"Diam ya mbak saya akan bantu sampeyan......jangan bergerak sendiri......" ucap saya lirih. Sementara itu kerumunan orang yang ingin melihat kecelakaan sudah semakin banyak. Saya lihat ke arah bawah [arah kaki] luka hampir putus di paha kanan diatas lutut, meski keaadaannya begitu si perempuan masih sadar, segera saya lepaskan sabuk [ikat pinggang] yang melilit di celana saya, lalu saya lingkarkan pada pahanya lalu saya tarik sampai terdengar krek...... berarti sabuk serutan yang saya ikatkan pada pahanya telah melilit dengan kuat, dengan harapan perdarahannya akan berhenti[sebagai torningquet], perempuan yang kedua ini langsung pinsan, saya segara menuju bagian kepala menjaga jalan nafas biar tak terjadi aspirasi [masuknya benda asing di saluran nafas, yang tersering muntahan]. Dengan menaikan dagu dengan kedua tangan saya berharap jalan nafas lancar [lurus], raung ambulan semakin mendekat pada tempat kejadian lampu sirene yang berputar-putar ditambah suara sirenenya semakin membuat suasana semakin gaduh, begitu juga mobil patroli polisi sudah mendekat, dan TKP-pun benar-benar ramai, dan Polisi kesulitan menghalau orang-orang yang mengerumuni saya. Dua petugas ambulan berlarian mendekat dengan membawa peralatan dan segera mengeluarkan isi kotak besar yang dibawanya.
“Mas....” ucap lirih petugas ambulan menyapa saya, saya jawab dengan anggukan, keduanya adalah rekan saya di Rumah Sakit tempat saya bekerja.
“Saya yang ngurus bagian atas [kepala ; mempertahankan saluran pernafasan], kamu bawah ya....” senada saya memerintah, dengan cekatan satunya menyiapkan infus dan menusukan jarum infus di lengan kanan, karena lengan kirinya berada disisi terjauh.
"Ayo pak cepat angkat...” bentak saya pada dua polisi yang sedang asyik dengan radio gengamnya.