Kepulangan Nazarudin tak menjamin tuntasnya masalah pelik korupsi yang menyangkut para petinggi negeri, dan nyanyiannya-pun gak bakalan senyaring yang diharapkan banyak orang.
Entah apa yang ada di benak para pemimpin dan penegak hukum di negeri ini, mengurus korupsi saja berbelit-belit. Kalau dilihat dari tingkat pendidikan jelas nggak diragukan lagi. Sudah jelas tersangkanya masih saja berpusing-pusing mencari pembuktianya. Dasar pemimpin sok rasional.
Cobak tengok tayangan di Televisi yang dicap tidak rasional, di sana ada orang yang bisa menghipnotis orang, cuma modal tisu dan korek api. 'Bila lihat api anda tidur' begitu yang biasa Uya lakukan.
Tanpa berbelit-belit orang yang dihipnotis akan bicara apapun meski sangat rahasia, atau bahkan sesuatu yang cuma dia dan Tuhan yang tahu.
Pemerintah kita boros, menggaji orang BPK, KPK, Penyidik, Jaksa dan lainya yang hasilnya pun masih setengah-setengah.
Perlu 5-7 orang yang seperti Uya Kuya negeri ini untuk mengatasi carut marut tentang korupsi dan konspirasi.
Atau mendirikan sekolah seperti yang dulu ditempuh Uya Kuya.
Rakyat lebih percaya pada Uya Kuya lama-lama bila pemerintah tak segera mengambil sikap tegas.
Semoga bukan merupakan sebuah keputus asaan usulan ini saya tulis.
Yang repot menamai kabinetnya jaman Gusdur, SBY, Mega punya nama sendiri-sendiri, mungkin bila Uya jadi Presiden ataunketua KPK betulan kabinetnya dinamai Kabinet Kenthir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H