Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penemuan Bayi Terbungkus Karung di Pinggir Sungai

10 Agustus 2011   07:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:55 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini ramadhan ke 10, buat pak Didik merupakan ramadhan yang paling berat di sepanjang hidupnya.

Pagi kemarin istrinya yang baru dinikahinya 2 tahun yang lalu berpulang ke Ramatulloh, mengalami sakit sehari dan dibawa ke ICU RS setempat, oleh dokter di diagnosa infark jantung.

5 hari yang lalu pak Didik dan istrinya baru saja datang ke rumah sharing komplain karena berita yang saya berikan tempo hari kemarin tak membuahkan hasil, keinginannya untuk mengadopsi bayi yang di buang dipinggir sungai kandas, seperti yang diberitakan oleh koran dan televisi seminggu yang lalu ditemukan seorang bayi yang terbungkus karung goni di bawah rerimbunan bambu pinggir sungai diseberang jembatan, oleh polisi dibawa ke rumah saya dulu karena kebetulan salah satu polisi teman saya, maksut polisi supaya saya memberikan pertolongan tahap pertama sebelum di bawa ke RSU.

Dan akhirnya bayi tersebut dibawa ke RSU guna perawatan lebih lanjut, dan oleh karena hal inilah saya mengabari pak Didik bila ingin mengadopsi untuk mengurusnya dan menanyakan ke RSU.

Dalam 2 tahun pernikahannya belum dikaruniai momongan,  ingin segera punya momongan meski harus mengambil jalan mengadopsi.

5 hari yang lalu dengan setengah marah dia seakan protes karena bayi tersebut telah diadopsi oleh keluarga anggota dewan yang konon katanya mendaftar belakangan, padahal pak Didik sudah wira-wiri mengurus surat menyuratnya namun dimentahkan oleh pendaftar yang datang belakangan.

Saya tak bisa bicara banyak karena saya merasa salah karena telah menginformasikannya, seakan saya memberikan harapan dan kepastian akan keberhasilan itu persangkaan dia.

'Mungkin belum rejeki, dan mungkin Tuhan mempunyai rencana lain pak Dik...' kata saya seraya menenangkan 4 hari yang lalu.

Saya terkejut  ketika dikabari bahwa istrinya pak Didik meninggal, waktu begitu cepat terjadi, rasanya baru saja kemarin, padahal rasa malu dan nggak enak karena peristiwa kemarin belum juga hilang.

"Tuhan  ternyata punya rencana lain pak Nang......" kata pak Didik ketika bersalaman waktu saya takjiah kemarin.

[telkomsel ramadhanku]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun