Ditengah banyaknya kebohongan oleh politisi maupun pejabat di negara kita ternyata masih ada kejujuran yang luar biasa bagi para penjual jamu gendong, dan tradisi ini turun-temurun dan menjadi pantangan untuk dilanggar.
Kejujuran dan keterbukaan itu sudah mentradisi sejak jaman kerajaan-kerajaan dulu, dan masih dipegang sampai sekarang. Dan sudah menjadi hukum yang tidak tertulis di kalangan penjual jamu gendong. Mengingkari berarti siap mengambil resiko, dan resiko ini membuat ketakutan bagi mereka, karena menyangkut kelangsungan pekerjaannya.
Perawan atau sudah tidak perawan ditandai dengan jumplah botol yang ditaruh dalam bakul (rinjing) gendongannya. Coba lihat gambar diatas, jumlah botol yang berada di bakul bisa menceritakan apakah dia masih perawan atau sudah tidak perawan.
Bila jumlah botol yang ada dalam bakul ganjil berarti dia masih perawan, bila jumlah botolnya genap mengartikan bila dia sudah tidak perawan, tidak perawan ini bisa diartikan sudah pernah melakukan hubungan sex, sudah bersuami, maupun janda.
Kejujuran para penjual jamu ini layak ditiru, katakan apa adanya, jangan ditutupi meski buruk, meski aib sekalipun.
Semoga kejujuran masih tersisa meski  mahal harganya, dan kejujuran membumi meski jujur sekarang dimaki.
(Gambar atas koleksi pribadi, gambar bawah diambil dari;Â http://2.bp.blogspot.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H