[caption id="attachment_323325" align="aligncenter" width="450" caption="Bunga api dari pembakaran"][/caption]
Ponorogo (1109'2014)
Perkiraan musim penghujan masih 2-3 bulan lagi, namun pak Slamet sudah mempersiapkan diri bila musim penghujan atau musim tanam tiba, dia jauh-jauh mengayuh sepedah dari pedesaan daerah kecamatan Siman (20-an km) untuk datang ke pasar loak untuk mempersiapkan peralatan pertaniannya.
Kali ini dia membawa 2 sabit tua, Â gancu usang dan cangkul yang sudah keropos untuk dipupukkan (dipermak, dipertebal, diperbaiki) di pandai besi di komplek pasar loak pasar sepeda.
Ada beberapa alasan pak Slamet datang ke tempat ini, murah, barangnya bisa utuh kembali mirip baru, dan lebih tajam dari barang pabrikan. Selain itu pak slamet masih membeli cangkul baru pabrikan di lokasi pasar loak ini, namun dia masih harus diproses lagi, dia bilang disepuh dipanasi dengan bara api lalu dipertebal dengan baja agar kuat dan tajam, karena barang pabrikan masih terlalu tebal dan besinya masih mentah sehingga mudah patah atau cuwil. Ini semacam ritual karena kalau tidak dilakukan penyepuhan peralatan tidak awet, peralatan pabrikan adalah barang cetakan.
[caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="Pak Slamet harus bersepeda 20 an km untuk menuju pandai besi ini"]
Di Pasar loak ini ada 3 pandai besi, Pak Kateno bagian barat, pak Fahrul tengah, sedang sisi timur Haji Syahri. tempat kerja ketiganya nyaris tak ada batas atau pagar, hanya balai-balai bambu yang dipakai duduk para pelanggan. Dan hanya ada 1 sumur pompa yang dipakai ketiganya. Pak Kateno mempunyai anak buah 1, pak Fahrul dengan 1 orang pekerja, sedangkan Haji Syahri didampingi 2 pekerja.
Menurut Pak Kateno musim ramai orang memakai jasanya adalah menjelang musim penghujan, atau diperkirakan 2-3 bulan lagi, namun bagi petani yang rumahnya jauh dan mempunyai kelonggaran waktu saat-saat begini sudah berdatangan.
Menurut Pak Kateno puncak musim kemarau sudah terjadi pada tanggal 9 bulan 9 kemarin, orang Jawa bilang "Tumbuk" dimana matahari berada pada tengah-tengah diatas kepala, setelah tanggal itu akan terjadi angin dan udara dingin yang sering di sebut "bediding".
[caption id="attachment_323338" align="aligncenter" width="450" caption="cangkul, sabit, pisau, golok, dan gancu peralatan yang dibikin"]
Sabit, cangkul, pisau, ganju, perkul, banji, serta belati adalah alat-alat yang sering diperbaiki di pandai besi ini, selain memperbaiki juga memproduksi bahannya juga tersedia di dekat pasar loak ini, namun naiknya harga plat besi orang lebih cenderung beli jadi dan disepuhkan dilapisi baja di pande besi ini.
Tarif pisau, sabit. golok 10 ribu, untuk cangkul antara 20-30ribu tergantung tebal tipisnya plat besi yang disisipkan.
Peralatan tersebut dipanasi dengan bara api yang dipompa lewat 2 tabung udara, dan ketika sudah merah membara si pemompa segera berlari mangambil palu atau godam dan segera memukuli besi yang membara tersebut, dan besi yang membara itu diarahkan serta di tata sedimikian rupa oleh pak Kateno (mirip komandan) dan pemukul terus memukul dengan sekuat tenaga tanpa harus mengarahkan.
[caption id="attachment_323330" align="aligncenter" width="450" caption="Pak Fahrul memakai celemek seperti mau memasak"]
Menurut Pak Fahrul, meski ketiganya sama jenis layanananya mereka tetap kompak, tidak ada iri atau rebutan, begitu juga pelanggan akan mencari tempat yang palingsenggang agar pesanananya cepat selesai.
Mereka masih bertetangga, bahkan mereka pulang pergi sering berboncengan meski ketiganya bersaing.
Jam kerja mereka pagi jam 7 sampai adzan duhur, 4-5 tahun  yang lalu dari pagi sampai sore, keadaan sekarang sepi, selain alat pertanian dari pabrikan mudah dicari, alat-alat pertanian sudah banyak yang bermesin dengan harga yang relatif murah.
"Sakniki sepi mas... adzan dhuhur sampun kukut, yen rumiyin ngantos manjing magrib" kata Haji Syahri.
[caption id="" align="aligncenter" width="437" caption="Pak Kateno mempertebal sabit pelanggan"][/caption] [caption id="attachment_323332" align="aligncenter" width="450" caption="antri ditempat duduk sekadarnya di lapak pasar loak"]
Musim penghujan diperkirakan 2-3 bulan lagi, masih ada waktu para petani untuk mempersiapkan diri, dan tentunya harapan yang paling ditunggu oleh Pak Kateno, Pak Fahrul, Haji Syahri, dan pandai besi lainya untuk meraup untu atau menyambung hidup agar dapurnya di rumah tetap ngebul.
Meski murah namun mereka bisa bertahan menghidupi keluargaya, bahkan Haji Syahri bisa ke Tanah Suci dari hasil pekerjaannya ini.
[caption id="attachment_323336" align="aligncenter" width="450" caption="Mbak Narti melayani pelanggan, menjual produksi pabrik"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H