Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Indahnya Pagoda Avalokitesvara Watu Gong Semarang

15 September 2014   05:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:41 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Pagoda Avalokitesvara, dilihat dari temat parkir"][/caption]

Perjalanan macet, panas, dan mendaki dari Semarang menuju  Salatiga hampir bikin putus asa, jalan sedang diperbaiki dilakukan pengecoran, dan jalan disisakan satu lajur. Perlu ekstra hati-hati karena salah sedikit bisa terperosok dalam galian yang sedang dicor oleh truk molen.

Ketika mencapai utara Kodam Diponegoro tampak terlihat bangunan mirip tugu raksasa dengan dominan merah dan kuning. Di sisi kiri jalan dari Semarang.

"Om Dhanang .... merah merah tinggi itu  apa om?" tanya Zaki dengan penasaran

"Itu pagoda Zaky...., Zaky.... pengin liat?" jawab mas Dhave sambil nawarin pada Zaky, sambil nyetir kulihat jam sudah menujukan jam 1 siang, padahal jam 3 aku sudah harus sudah sampai Salatiga.

"Bapak berhenti...... ayooo..... mampir dulu...." Zaky merengek minta mampir, Mas Dhave bener bener pinter meracuni Zaky untuk menghentikan mobil saya.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Pintu gerbang utama, pintu masuk Vihara"][/caption]

Begitu belok kiri sudah disambut pihak pengamanan, dengan santun menyilahkan masuk, "Selamat siang bapak, silahkan masuk lewat sisi barat dan berputar halaman lebar itu tempat parkirnya, dan ini kartu parkirnya, dan jangan lupa kedaraan dikunci ya...."

Mobil langsung ambil kanan dan memutar menuju lapangan seperti yang ditunjukan bapak satpam, dan segera mencari tempat teduh, kamera segera saya keluarkan dan mobil saya kunci. Perlahan saya bergerak ke atas menuju tangga tangga tingkat mulai dari parkiran, sementara Zaky sudah berlari duluan menuju ke atas. Takjub begitu indah bangunan yang ada di sini, meski udara panas tapi rasanya adem, mungkin rindangnyapepohonan dan tempat yang tinggi penyebabnya.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="anak tangga dan papan nama menuju pagoda dan vihara"][/caption]

Langkah demi langkah saya naiki tangga sambil mata terus memperhatikan tiap sudut, sambil sesekali jeprat jepret. Lingkungkan yang bersih dan damai serta pengurusnya santun dalam menerima tamu, tanpa membedakan mau ibadah tau hanya sekedar melihat-lihat, dan imbal baliknya kami juga harus bersikap santun, dan berterimakasih atas kesempatan yang diberikan.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Patung Dewi Kwan Im, di halaman bawah menuju vihara"][/caption]

Dewi Kwan Im langsung menyambut begitu memasuki pelataran yang rindang  oleh pohon Bodhi (Ficus religiosa) di sisi kiri, Dewi welas asih ini seakan memberi kesejukan kepada semua yang datang tanpa terkecuali.

[caption id="attachment_324009" align="aligncenter" width="450" caption="Patung Sang Budha di bawah pohon Bodhi (Ficus religiosa)"][/caption]

Menurut petugas kebersihan pohon Bodhi ini  dibawa oleh Narada Mahathera pada tahun 1955. Pohon Bodhi (Ficus religiosa) ini adalah pohon suci dalam agama Budha, karena pohon ini dipercaya sebagai tempat Sang Buddha Gautama bertapa dan mendapatkan pencerahan.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Pagoda tampak dari tangga masuk"][/caption] [caption id="attachment_324010" align="aligncenter" width="267" caption="Relief ayam, ular, dan babi"]

14107077271750718623
14107077271750718623
[/caption]

Selanjutnya menapaki tangga berikutnya tampak pagoda Avalokitesvara tampak gagah dari muka, dan terus naik kita menginjak relief ayam, relief ular dan relief babi yang ada di lantai pintu masuk. Ini mengandung arti dan diyakini ayam merupakan lambang dari keserakahan, ular lambang dari kebencian, dan babi lambang dari kemalasan, dengan menginjak diharapkan orangyang berkunjung kesini bisa  meninggalkan karakter-karakter itu.

[caption id="attachment_324011" align="aligncenter" width="450" caption="Patung Bodhisattva Avalokiteswara di dalam bangunan utama pagoda"]

14107079931701958025
14107079931701958025
[/caption]

Begitu memasuki bangunan utama kita harus melepas alas kaki kita, dan langsung bertemu dengan pintu utama dan didalamnya terdapat patung Bodhisattva Avalokiteswara tepat didalam pagoda (bangunan utama), suasana magis dan harus semerbak dupa dan hio yang tak pernah mati, kata petugas hio selalu dinyalakan sambung menyambung, apalagi disetiap orang yang beribadah selalu menyalakan,pengunjung tidak perlu repot-repot membawa dari rumah karena di ruangan ini disediakan (dijual) peralatan peribadatan.

[caption id="attachment_324012" align="aligncenter" width="480" caption="Mirip regol di bawah bangunan utama"]

14107090632021440236
14107090632021440236
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Budda tidur"][/caption]

Setelah memasuki bangunan utama, kita akan berputar menuju ke arah kanan vihara kita akan mendapatkan patung Budda yang sedang tidur, menurut tulisan yang ada di dekat patung, panjang patung ini sekitar 16 meter. Dengan posisi tidur kepala di sebelah selatan. dan diatasnya ada semacam pohon karet, entah apa namanya tetapi pohon itu selalu berbunga tanpa mengenal musim, dan bunga-bunga itu berguguran seperti salju.

[caption id="attachment_323953" align="aligncenter" width="480" caption="Bunga yang selalu berguguran di atas kepala patung Budda yang sedang tidur"]

14106802911635934914
14106802911635934914
[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="bunga yang belum mekar, yang masih dalam kuncup"][/caption]

Selanjutnya kita akan turun kembali turun ke bawah menuju pelataran luas yaitu tempat parkir, di sebelah timur tempat parkir ada bangunan besar megah,  seperti balai pertemuan yang bisa menampung puluhan bahkan bisa menampung seratus orang lebih, di tempat ini dijadikan kegiatan sosial, ada ruang baca dan dilengkapi buku-buku peribadatan.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Bangunan besar buat ruang pertemuan"][/caption] Puas rasanya dan ucapan terimakasih kami ucapkan pada pengurus  Vihara, terima kasih atas keramah tamahanya serta kesempatan pada kami.

"Selamat Datang Di Vihara Buddagaya Dan Pagoda Avalokitesvara Watu Gong Semarang"

*) salam njepret *) salam jalan-jalan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun