"Buat lima orang pak, dan yang satu dibungkus ya..." jawab saya
"Tunggu bentar ya... " kata si Bapak sambil tersenyum manis, seperti manis es kelapa mudanya.
Si bapak segera mendekat pada si embak yang jualan tengkleng, dan tak lama kemudian si bapak memberikan 5 pincuk nasi tengkleng itu kepada kami. Sementara orang yang mengantri lebih dulu darikami nggedumel protes. Saya hanya bisa tersenyum sambil bilang dalam hati, "Kemarin saya juga ngalami nasib kayak kalian.....".
[caption id="attachment_325854" align="aligncenter" width="600" caption="Ibu yang berbaju biru ini penjual es, membantu melayani"]
Selesai  makan saya segera membayar tengkleng 5 dan 1 yang di bungkus sebesar 90 ribu, dan es kelapa mudanya membayar tersendiri kepada si bapak yang di depan sebesar 3 ribu dikali 5 yaitu 15 ribu.
Tak lupa saya ganti memberi trik pada si embak yang sejak tadi ngantri, "Pesen minuman dulu pada bapak yang didepan, atau si ibu yang pakai baju biru,atau si emas yang pakai kaos coklat mbak dijamin mbak segera bisa menikmati tengkleng di sini......"
[caption id="attachment_325855" align="aligncenter" width="600" caption="Si mas yang berkaos coklat ini juga penjual minuman, juga ikut melayani"]
[caption id="attachment_325856" align="aligncenter" width="600" caption="Di manapun anda duduk, usahakan minum dulu wakakaka..."]
Ternyata koalisi, kolosi, dan nepotisme tak hanya milik orang-orang yang ada di TV semalam, di pasar Klewer kotanya pak Jokowi sudah terbiasa.
Untuk yang ingin mencicipi Tengkleng Bu Edi ini pembeli harus sudah datang sekitar jam 1 siang, dan 1-2 jam kemudian tengkleng akan habis, makanya harus pinter-pinter cari cara, ini salah satu diantara cara itu.