[caption id="attachment_331063" align="aligncenter" width="600" caption="Butet Kertaredjasa si Raja Monolog"][/caption]
Ada yang istimewa di Festival Reyog Nasional XXI kali ini, selain rutin diadakan lomba reyog pagelaran budaya, juga dihadiri budayawan-budayawan tingkat nasional diantaranya Butet Kertaredjasa dan Djadug Ferianto dengan group keseniannya. Kado yang luar biasa yang diberikan pemerkasa acara, karena tiap komponen ingin mempersembahkan apa yang dia bisa, termasuk civitas Universitas Unmuh Ponorogo dan harian Radar sebagai pemerkasa acara ini, meski melibatkan Dinas Pariwisata dan pihak Pemda.
Bertempat digedung kesenian (Padepokan Reyog) yang bertajuk Kolaborasi Kuaetnika dan Reyog (Dalam tulisan berikutnya).
[caption id="attachment_331499" align="aligncenter" width="600" caption="Mc Alit-Gundi dan Butet"]
Dari awal acara sudah terasa regeng dan hidup, MC Alit-Gundi yang kocak dan nakal berkali-kali bikin penonton terbahak-bahak. Begitu juga joke-joke yang menyindir halus memaksa penonton untuk berkali kali memberikan aplauos. Terlebih ketika ke dua Mc itu memangggil Butet untuk naik pangggung, dengan mengistilahkan tukang sentil, namun yang sentil malah tertawa terbahak, tukang kritik tapi yang dikritik malah ngakak tertawa, kalau ndak percaya mari kita buktikan bersama.
Mendapat istilah tersebut Butet hanya tersenyum sambil berkata, "Mc-ne njaluk disuwek cangkeme....."
Geeerr........... dan tepuk tangan penonton, karena acara tersebut dihadiri Bupati, wakil bupati,Kkapolres, Dandim, Kajari, Ketua pengadilan, Sekda, Kepala dinas, anggota DPRD, serta Rektor Unmuh, dan penjabat lainnya.
[caption id="attachment_331068" align="aligncenter" width="600" caption="Tarian warok, memperlihatkan sesama warok bertarung saling merasa benar, namun Klono sewndono (Sunan Katong) berhasil menyatukannya dan sama-sama membangun Ponorogo"]
Setelah mengucapakan salam Butet mengutarakan kegembiraannya, "Saya seneng banget lihat Mas Prabowo lan mas Jokowi wis rukun, lan sepakat mbangun negoro, mereka berjiwa warok, seperti warok Ponorogo, bisa melihat kedepan dan bisa mengenyampingkan kepentingannya buat kepentigan bangsa ini, matur nuwun warok Prabowo, matur nuwun warok Jokowi..." sambil berkaca-kaca mimik muka Butet mengungkapkan kegembiraanya. Disambut penonton yang hadir berdiri memberi aplaus.
Seperti diketahui warok adalah pemuuka masyarakat di Poonorogo yang mempunyai kelebihan dalam ilmu kanuragan, ilmu sosial, ilmu kesaktian, dan mempunyai pengikut, serta berpengaruh dalam masyarakat. Dan seperti gambar tarian diatas, sesama warok dan pengikutnya bertempur untuk saling mempertahankan prinsip serta merasa paling benar, dan kurbanpun terjadi, namuun Klono Sewandono atau sunan Katong berhasil menyatukan mereka untuk bersama-sama membangun Ponorogo.
Warok mempunyai keprbadian orang yang lebih mementingkan kepentingan bersama, kepentingan bangsa. Sedang Warok-an kebalikannya hanya memperlihatkan serta mengempentingkan kepentingannya sendiri serta kelompoknya.
[caption id="attachment_331066" align="aligncenter" width="600" caption="Butet dengan seribu mimik-nya"]
Butet-pun seakan marah, mimik mukanya merah padam ketika mengutarakan kekesalannya pada orang senayan, melihat kelakuannya di TV bikin geram ingin ngeplaki katanya.
"Tahu ndak bedanya reyog sama orang yang kerja di Senayan sana?" tanyanya pada penonton.
Namun tak lama pertanyaan itu dijawab sendiri, "Sama-sama dapat duwite, tapi yang satu bikin seneng yang menonton, sedang yang satunya bikin geram penonton, sama sama dapat duwite yang satu aman yang satunya diincar KPK...." Aplaus penonton langsung riuh.
[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Mimik wajah Butet yang terkadang lucu dan dan bikin gemes"][/caption] Butet berterimakasih pada Bupati Ponorogo Amin, yang telah membawa Ponorogo seperti keadaan sekarang ini lebih berbudaya dan budayanya lebih maju.
"Amin.... namanya singkat podo ciliknya tapi yang ini ndak kemlinthi, namun Amin yang satunya saat ini sedang joging Jakarta-Jogja karena memenuhi nadarnya....... " kata Butet, dan mendapat apalus panjang, dan Bupati amin-pun terpingkal-pingkal.
[caption id="attachment_331500" align="aligncenter" width="600" caption="Gestur Butet, marah, geram, mengancam muak pada koruptor penggerogot sendi kehidupan negeri ini"]
Butet juga mengungkapkan kegetiran pada koruptor penggerogot sendi kehidupan di negeri ini, Butet marah, Butet mengancam, Butet muak.
"Jaman orde baru kalau mau ngemplang daging sapi harus bikin lahan dulu, bikin kandang dulu, cari bibit unggul dulu, cari tukang rumputdulu, dipelihara dari kecil samppai gemuk baru di kemplang laa.... sekarang? katanya dengan mimik geram.
"Tanpa bersusah payak lansung ngemplang danging sampi Impor....." sambil tertawa, dan apalus panjangpun kembali bergemuruh.
Malam itu susana sangat hidup, Butet bisa menghidupkan susanna panggung, namun masih ada Djadug Ferianto yang akan berkolaborasi dengan Reyog Unmuh, Butet-pun harus pamitan dari panggung. Tak Lupa Butet mengapresiasi para mahasiswa Unmuh yang telah sukses menyelenggarakan acara tersebut.
"Salam Budaya, Selamat Grebeg Suro Ponorogo"
"Selamat Hari Sumpah Pemuda"
"Selamat SMU Muhammadiyah 1 Ponorogo telah memenangkan FRN XXI)
*) Salam Njepret
*) Salam Berwisata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H