[caption id="attachment_338846" align="aligncenter" width="600" caption="kereta Gaya Baru Malam ; Surabaya-Jakarta di stasiun Madiun"][/caption]
Ramainya jalan raya  sekarang ini tak ada jaminan datang di tempat tujuan dengan tepat waktu, apalagi perjalanan darat, namun bukan alasan untuk menunda perjalanan yang sudah berbulan direncanakan. Cepat, Selamat, Aman, Nyaman dan Murah adalah impian bagi kesemuanya. Apalagi disaat kenaikan harga BBM kali ini harus pandai-pandai membaca situasi dan mensiatinya.
Ajang Kompasianival adalah rencana yang telah saya susun 2-3 bulan yang lalu, meski ijin belum saya dapatkan dari tempat kerja namun rencana harus tetap matang. Datang dan segera pulang seusai puncak acara itu harapan, agar kerja lancar, dan undangan di Kompasianival bisa direalisasi. Maklum tidak berani bolos lagi.
Kereta Api Ekonomi adalah pilihan utama, selain cepat dan relatif terjadwal, juga murah. Jauh hari (sebulan) saya sudah pesan tiket pp lewat via internet, 55 ribu sekali jalan (Surabaya-Jakarta) adalah harga termurah untuk tranportasi apapun saat ini. Tarif flat untuk kereta jarak jauh memberikan keuntungan sendiri murah bagi yang berjarak jauh, dan menjadi filter agar penumpang jarak pendek untuk tidak naik, dan beralih pada kereta jarak pendek.
[caption id="attachment_338874" align="aligncenter" width="600" caption="suasana dalam kereta, aman, nyaman, dan kekeluargaan"]
Berangkat dari stasiun Madiun jam 3 sore, dan sesuai jadwal sampai stasiun Senen jam 1-an malam. Â Namun di stasiun Madiun AC salah satu gerbong ada yang bermasalah, sehingga harus diperbaiki hampi 1 jam, dengan demikian jatah jam untuk masuk jalur menjadi menyesuikan, dimana kereta yang sudah terjadwal akan menggunakan jalurnya sesuai jam yang sudah ditetapkan, dengan demikian kereta yang saya tumpangi menyesuikan kereta yang lain. Single trek antara Surabaya-Solo menjadikan padatnya jalur perjalanan, beda dengan Solo-Jakarta yang sudah doble trek.
Tidak ada lagi cerita penumpang berdiri, semua penumpang harus mendapat tempat duduk. Tidak ada penumpang tanpa tiket, semua penontong dikontrol oleh petugas kereta api yang didampingi oleh polisi serta provost dari tentara dan polisi.
Tidak ada cerita pedagang asongan dan pengamen di atas kereta, stasiun steril dan setiap yang masuk stasiun harus bertiket. Namun meski ada larangan merokok tetap saja ada yang mencuri-curi merokok di sambungan atau di toilet, itupun kalau terlihat petugas diancam diturunkan di stasiun berikutnya.
Nyaman dan Aman meski murah, copet tak lagi leluasa seperti dulu karena kereta jarak jauh hanya singgah di stasiun besar saja, pencopet atau pembuat onar akan berpikir dua kali karena tidak bisa langsung loncat seperti jaman dulu.
Semua ber -AC semua jendela sudah dimatikan dan tidak bisa dibuka lagi, dan hanya palu yang menempel di kaca yang diberi tulisan "Pecahkan kaca bila keadaan darurat"
"Sekarang tenang mas, bisa tidur dengan tenang dan besok sampai Jakarta bisa langsung kerja, kalau dulu mau tidur harus mikir takut barang bawaan disatroni maling..." kata mas Agus yang bertopi.