"Mboten mriki namung pekenan Pon Lan Kliwon, dinten lintune tutup, yen dinten Wage lan Legi wonten peken celake makame Nyi Latung kilen telogo megi teng Dlopo...." jawab bu Sanikem panjang, yang menjelaskan bila pasar ini hanya buka pada hari pasaran Pon dan Kliwon.
"Yen tindak miriki dinen Pon Kliwon mas....." tambahnya.
Masih menurut bu Sanikem pasar ini ada turun menurun sejak Indonesia merdeka, dan berhenti sekitar 2 tahunan pada waktu sekitar peristiwa tahun 1965 dan setelah itu beraktifitas lagi sampai sekarang, pasar ini dikelola oleh kas desa. Disebut krempyeng karena sak kerempyengan, ketika hari mulai terang pasar ini sudah buyar, dan bila hujan tiba pasar ini juga buyar, namun semenjak ada kios-kios pasar ini buka sampai jam 8 pagi, dan kios buka seharian (sampai jam 8 malam).
[caption id="attachment_346199" align="aligncenter" width="600" caption="sederhana, tawar menawar ditempat seadanya meski di dekat tempat sampah, dan tampak rinjing-rinjing (mirip tasnya wanita) untuk membawa barang yang terbuat dari anyaman bambu"]
Pasar ini meski berumur tua tapi masih sangat sederhana, minim barak-barak untuk berteduh seperti selayaknya pasar, maklum ini pasar desa yang dikelola oleh desa, dan yang dijual disini berupa hasil bumi seperti ketela, jagung, sayuran, buah buahan, hewan unggas seperti ayam, mentok, itik.
Sebelum tahun 80-an disini masih pakai sistem barter, barang dagangan ditukarkan dengan bakan konsumsi dari kota. Dan cara menimbang-pun baru tahun 90-an, sebelumnya memakai batokan (tempurung kelapa yang dibersihkan isinnya), 1 batok kira-kira berisi 1 liter. Yang diukur memakai batok ; beras, jagung, kopi, kedelai, kacang tholo, kacang ijo. Namun berkembangnya waktu berubah mengikuti penimbangan Kg. tapi untuk ketela dan janten (jagung muda buat sayur) masih memakai ukuran cenik (rinjing kecil= anyaman dari bambu).
[caption id="attachment_346200" align="aligncenter" width="600" caption="pak Tambir penjual makanan dan minuman, tinggal teriak sudah diantar"]
Di pasar ini juga ada warung, warung buka mulai jam 9 malam dan tutup jam 11 pagi. Yang terkenal warung pak Tambir yang berada di sebelah barat. Selain sedia kopi dan teh, jajanan berupa jadah bakar dan tempe goreng, dan puli (nasi yang dikasih borak lalu dikasih kelapa terus ditumbuk). Pak Tambir juga melayani antar ke para pedagang yang berjualan di pasar ini dan ketika selesai pasar baru dibayar.
[caption id="attachment_346201" align="aligncenter" width="600" caption="truk terbuka menjadi angkutan terpavorit, daerah pegunungan dengan turunan dan tanjakan"]
[caption id="attachment_346205" align="aligncenter" width="600" caption="berdesakan di pik up terbuka dengan tetangga satu desa"]
Yang lucu dipasar ini, orang-orang dari pegunungan datang dengan berjalan kaki dan pulangnya naik truk dan pik-up bak terbuka. Itupun hanya para perempuan, sedangkan para lelaki memilih berjalan kaki naik turun bukit.