Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Reportase Dua Hari Turunnya Harga BBM

21 Januari 2015   20:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:40 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_347343" align="aligncenter" width="600" caption="SPBU masih diserbu pembeli, petani dan pengrajin pemakai mesin diesel, serta pedagang eceranpun antri berjubel di hari ke 2 penurunan harga BBM kemarin"]
[/caption]

Ponorogo, 21/01/2015

Naik dan turunnya harga BBM selalu diwarnai antrian panjang di SPBU, hanya masalah waktu dan alasannya saja antrian ini.

Kalau waktu naik, orang orang mengantri BBM sebelum jam 00:00 sebelum harga naik, dan SPBU kembali sepi setelah kenaikan, pembeli dan SPBU cenderung menimbun.

Sedangkan waktu harga BBM turun; sebelum kenaikan jam 00:00 pembeli tidak memasuki SPBU, dan begitu harga turun pembeli berebut antri, SPBU dan pembeli tidak menimbun, pembeli rela tidak berbergian atau beroperasional menunggu harga BBM baru yang sudah diturunkan.

Namun begitu sampai hari ke 2 paska turunnya BBM antrian BBM masih panjang, kata petugas SPBU mereka tidak mau ambil resiko mengisi stok di waktu harga lama dan memilih mengisi tangki-tangkinya keesokan harinya pada waktu harga sudah turun. Dan ini jamak dilakukan SPBU-SPBU lainnya. Jelas SPBU tidak bakal rugi seperti berita yang dilangsir oleh Pertamina. Sementara pedagan eceran masih menjual dengan harga lama, bahkan naik jadi 10 ribu seperti di daerah Ponorogo-Madiun, banyaknya motor yang kehabisan BBM di hari ke 2 mereka manfaatkan untuk meraup rejeki, itupun tidak akan berlangsung lama karena akan diserbu pembeli yang tak mau ngantri di SPBU. Namun karena banyaknya SPBU yang harus dikirimi BBM oleh depo Pertamina membuat kiriman BBM di SPBU tersendat.

[caption id="attachment_347345" align="aligncenter" width="600" caption="roda 4 dan roda 2 sama sama mengantri di SPBU, meski di SPBU sendiri masih menunggu kiriman"]

14218185232100708999
14218185232100708999
[/caption]

[caption id="attachment_347346" align="aligncenter" width="600" caption="Petani, pengrajin kayu yang mengandalkan BBM untuk mesinnya berebut antri dengan pedagang BBM eceran"]

1421818739258436454
1421818739258436454
[/caption]

Penurunan kali ini, dianggap antusias oleh petani yang mengandalkan pertaniannya memakai BBM, meski musim penghujan namun air sungai belum bisa naik ke sawahnya (belum mencukupi). Meski antri mereka masih beruntung harga turun, dan harapan mereka semoga harga-harga kebutuhan pokok turun, namun mereka tidak mau kalau hasil pertaniannya juga turun.

"Yen mudun mugo mugo rego yo mudun mas, tapi rego gabah ojo melu mudun, rego 5 ewu lagi wae moso anjlok maneh..." kata pak Waji yang bersebelah dengan saya kemarin waktu ngantri BBM.

[caption id="attachment_347347" align="aligncenter" width="600" caption="pantai Taman Pacitan sepi, tampak sampan nelayan ditambatkan beramai-ramai, menunggu BBM lancar di SPBU"]

14218190631118123009
14218190631118123009
[/caption]

[caption id="attachment_347348" align="aligncenter" width="600" caption="TPI  Taman sepi, ikan-pun sedikit, nelayan enggan melaut, tampak mbak Untari memperlihatkan daganganya yang sepi"]

14218191842016042666
14218191842016042666
[/caption]

[caption id="attachment_347349" align="aligncenter" width="600" caption="ikan sepi, hanya 2 pedagang yang nampak kemarin"]

14218197461525722309
14218197461525722309
[/caption]

Pantaun saya lanjutkan ke daerah Pacitan, sepanjang jalan banyak SPBU masih tutup, dan ada yang buka namun diwarnai antrian panjang.

Bersamaan ke rumah teman yang barusan melahirkan (jagong bayi), saya menyempatkan pergi ke daerah pantai di Ngadirojo Pacitan, tampak TPI (Tempat Pelelangan Ikan) sepi, aktifitas pedagang juga sepi, nelayan enggan melaut karena pasokan BBM belum stabil. Mereka akan menunggu BBM stabil.

"Mungkin 2-3 hari lagi mas BBM pun enten, yen enten nggih bidal malih...." kata mas Juoto sambil membersihkan kapalnya.

Para nelayan tidak mau ambil resiko dengan BBM yang terbatas untuk melaut, dan mereka lebih senang menunggu daripada berebut mengantri BBM.

Seperti hukum ekonomi, banyak barang harga turun, sedikit barang harga naik, begitu juga harga ikan kemarin, harga ikan layur yang biasanya 12 ribu naik menjadi 35 ribu, itupun ikannya hanya sedikit dan harus berebut diantara pembeli. Begitu juga harga ikan lainnya.

Mereka berharap harga ikan tetap bahkan naik meski harga BBM turun, bila harga BBM turun diikuti harga ikan tangkapanya turun percuma saja katanya.

[caption id="attachment_347350" align="aligncenter" width="600" caption="mas Juoto meminggirkan perahunya ke tepi untuk ditambatkan dan diperbaiki mumpung libur melaut"]

14218200111304462273
14218200111304462273
[/caption]

Harapan mereka sama, harga harga turun namun harga dagangnganya tetap bahkan naik, hal ini pasti yang ada dalam pemikiran para pemilik angkot atau pengusaha angkutan, harga-harga semoga turun tapi tarif angkutannya tetap atau kalau bisa malah naik. Bagaimana dengan anda?

*) Salam reportase

*) Salam jalan-jalan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun