Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hasan Basri dan Toleransi di Masjid Cheng Hoo Surabaya

23 Februari 2015   16:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:40 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_352559" align="aligncenter" width="480" caption="Masjid Haji Muhammad Cheng Hoo, Surabaya"][/caption]

"Toleransi itu sederhana, bagimu agamamu, bagiku agamaku"
"Toleransi itu memahami bukan mengakui, membiarkan bukan membenarkan"

Surabaya, 22/02/2015

Luar biasa ceramah ustad Hasan Basri hari Minggu kemarin, dihadapan jamaah rombongan dari Banjarmasin. Pengajian yang berlangsung dengan santai dan diselingi dengan tanya jawab.

Saya sungguh beruntung bisa ikut dalam rombongan meski keberadaan saya ditempat itu kebetulan lewat setelah belanja alat elektronik di THR maal yang berada di persimpangan jalan dengan masjid Cheng Hoo. Hasan Basri juga menceritakan tamu-tamu dan pengunjung di masjid ini juga bermacam-macam, beda ras, beda suku, beda bahasa, beda negara, bahkan beda keyakinan. Dia menceritakan bahwa Cheng Hoo bukan hanya milik Tionghoa, Cheng Hoo bukan hanya milik Islam, Cheng Hoo kebanggaan Budda. Cheng Hoo adalah sosok yang toleran, tokoh muslim yang memimpin pelayaran yang 98% bukan orang Islam kala itu.

Cheng Hoo adalah panglima kepercayaan Dinasti Ming untuk misi perdamain, Dinasti yang raja dan negara yang mayoritas beragama Budha, sikap sholeh dan rendah hati serta amanah yang membuat dia mencapai pencapaian tertinggi di Disnasti Ming. Dia menjadi duta untuk mengawal putri Cempha yang akhirnya dipersunting oleh Raja Mojopahit dan menurunkan para wali dan ulama di Indonesia.

[caption id="attachment_352560" align="aligncenter" width="480" caption="Ustad Hasan Basri memberikan tauziah pengajian"]

14246549631556369465
14246549631556369465
[/caption]

[caption id="attachment_352562" align="aligncenter" width="480" caption="Ustad Hasan Basri, luar biasa ceramahya tentang keberagaman budaya, toleransi hidup bersama"]

14246550351544034526
14246550351544034526
[/caption]

Hasan Basri juga menceritaka bahwa pendiri Muhammdiyah dan NU dulu bersahabat, sholat saling bergantian jadi imam dan makmum, dan tidak pernah ada masalah. Terkadang orang sekarang terlalu mengagung-agungkan kelompoknya dan tidak mau melihat sejarah, dan terlalu sempit dalam memahami soal itu. Ini masih soal dalam satu wadah Islam, bagai mana mau hidup berdampingan dengan agama lain? Imbuhnya lagi.

Hasan Basri juga menceritakan sosok Gusdur orang yang toleran mirip Cheng Hoo, toleran tanpa mengorbankan keimanannya. "Toleransi itu sederhana, bagimu agamamu, bagiku agamaku, toleransi itu memahami bukan mengakui, membiarkan bukan membenarkan"

Kata-kata itu pernah saya dengar langsung ketika Gusdur sedang mengisi pengajian di pondok pesantren Ngruwak Nganjuk paska lengser dari presiden dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun