Mohon tunggu...
BunnAish
BunnAish Mohon Tunggu... -

Dreamer, writer wanna be, good mother wanna be.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masa Muda yang Tak Muda: Chapter 12

1 Mei 2019   13:19 Diperbarui: 1 Mei 2019   13:33 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Chapter 12: Proses

Setelah hari pemakaman kedua kakaknya, Kinan yang usianya saat itu sudah 11tahun, berubah menjadi gadis yang sangat pendiam, dia selalu menolak disaat orang mengajaknya bicara, bahkan ibunya kesulitan mengendalikan emosi Kinan yang terkadang selalu menangis disaat-saat tertentu tanpa sebab, kesedihan selalu menyelimuti hari-hari Kinan semenjak kejadian itu. 

Kinan merasa Tuhan selalu mengambil apapun yang membuat dirinya bahagia, pertama ayahnya, kemudian sekarang kedua kakak perempuannya yang sangat Kinan sayangi, mereka selalu bisa menghibur Kinan jika sedang merindukan sosok ayahnya, mereka selalu menguatkan Kinan, mereka berdua memiliki banyak waktu dengan Kinan, berbeda dengan Keysa yang banyak memiliki waktu di luar kota karena kuliah, dan Genta kakak laki-laki yang jarang sekali berkomunikasi dengannya, mereka hanya selalu bertengkar. 

Kinan tidak ingin menjadi orang merasakan kebahagiaan lagi, atau semuanya akan Tuhan ambil dari sisinya. 

Itu yang Kinan kecil pikirkan, jika dengan tidak bahagia semua yang ia cintai akan tetap bersamanya, maka Kinan rela untuk tidak bahagia selamanya asal mereka yang Kinan cintai akan selalu bahagia dan tetap berada dengannya. 

Trauma seperti itu merenggut masa kanak-kanak dan masa remaja Kinan. Di sekolah dia hanya akan berbicara jika temannya bertanya, bahkan jika itu dirasa tidak penting, Kinan hanya akan berlalu dari mereka tanpa memberikan respon yang berarti, itu membuat Kinan di benci oleh sebagian teman-teman sekolahnya, Kinan sombong, Kinan angkuh, itu yang tertanam dalam sosoknya di depan teman-teman sekolah. 

Masa kanak-kanakpun berlalu dengan kehampaan yang tak berujung, dan di lanjutkan dengan masa remaja yang seharusnya sangat indah dan "gila". Berangkat sekolah pagi dan pulang sekolah sore harinya, hanya itu yang selalu ia lakukan, tanpa bermain bersama teman-teman dengan berkedok kerja kelompok seperti anak muda kebanyakan, tanpa bergosip soal trand terbaru di IG atau bahkan hanya sekedar mengobrol di kantin sekolah, kehidupan remaja yang berwarna terasa abu-abu di benak Kinan. jangankan kisah cinta, kisah persahabatanpun sangat tabu untuknya. Ia tidak membutuhkan sahabat, ia hanya butuh ibu, Kak Keysa dan Kak Genta saat itu, merekalah yang paling Kinan sayang dan tidak perlu ada teman apalagi seseorang spesial lainnya yang hanya akan membuat Kinan kehilangan segalanya seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.

Sampai tiba masanya usia sweet seventeen (17) tepat kelas 3 SMA dan menuju 18tahun di kelulusannya.

Di sebuah halte bis berdiri seorang pria yang tidak lain teman satu angkatan Kinan yang tidak lama lagi akan lulus dengannya, pria itu bernama Adam. 

Sebenarnya Adam dan Kinan sering berpapasan di halte itu, mereka lebih sering bertemu di halte ketimbang di dalam sekolah, karena Adam anak Bahasa sedangkan Kinan anak IPA, kelas mereka terlalu jauh untuk saling sering bertemu, terlebih Kinan lebih sering menghabiskan waktunya di kelas atau di perpustakaan. 

Adam tahu orang seperti apa Kinan, ia seorang gadis yang selalu menutup diri dan tidak berteman dengan siapapun, adam mencari tahu dari teman-temannya di sekolah dan banyak orang yang mengetahui tabiat Kinan seperti itu, jadi tidak sulit untuk mencari informasi tentang gadis sombong dan angkuh sepertinya.

Adam dan Kinan memiliki arah yang sama untuk naik bis, tapi lagi-lagi Kinan, karena sikapnya yang tidak memperdulikan keadaan sekitar, bahkan dia tidak pernah menyadari keberadaan Adam setiap harinya, walaupun mereka sering ada di dalam 1 halte dan 1 bis setiap berangkat dan pulang sekolah.

Terkadang Adam lebih siang berangkat, tapi dipastikan pulang sekolah mereka  akan bersama, karena Adam selalu pulang tepat waktu. Adam bahkan pernah menyapa Kinan beberapa kali tapi ia tidak pernah merespon dan bahkan selalu tertunduk mendengarkan musik, sekalipun menengok hanya sekedarnya dan kembali ke dunianya. 

Adam selalu memiliki rasa penasaran pada Kinan, ia pernah mencoba datang ke perumahan tempat Kinan tinggal, ia memastikan sepulang sekolah Kinan bahkan tidak pernah keluar lagi dari rumahnya, sedikit aneh menurut Adam, dan semakin hari ia ikuti, ia semakin penasaran pada Kinan, kenapa Kinan sangat menutup diri, dia bahkan tidak pernah terlihat tersenyum, sampai suatu hari adam melihat Kinan sedang berjalan pada hari minggu, Kinan berjalan di area kompleknya dan Adam sudah berada disana untuk bertanding basket di lapangan tempat Kinan tinggal, tanpa sengaja ia melihat gadis yang sedang ia intai selama ini, adam tidak berpikir bahwa Kinan akan keluar rumah di hari minggu, karena kadang pada sore hari hampir setiap minggu Adam latihan basket bersama teman-temannya di lapangan itu, tapi dia belum pernah sama sekali melihat Kinan berjalan kaki disana, Adam tidak tahu kalau Kinan setiap pagi berolahraga lari di sekitaran jalan perumahan itu, tapi karena dia tidak pernah bangun pagi, jadi mana mungkin dia tahu soal itu.

Bahkan teman-temannya yang tinggal di komplek itu juga sama, mereka tidak pernah melihat Kinan berkeliaran di kitaran komplek, Kinan menghampiri seekor kucing kecil yang sangat terlihat lemah di bawah pohon, beberapa meter jaraknya dari tempat Adam berlatih, Adam bisa melihat jelas Kinan dari sana.

Kinan mengeluarkan makanan kucing dari dalam kantong jaketnya, rupanya ia mengikuti kucing itu saat melewati depan rumahnya, dan kucing itu terlihat sangat lemah, karena kasian ia mengikuti kucing itu sampai tiba di samping lapangan basket, ia tidak lupa membawa makanan kucingnya yang berada di rumah, Adam terpana saat melihat kinan tersenyum manis pada kucing itu.

"Entah apa yang mereka (kinan dan kucing) bicarakan, tapi yang pasti Kinan tersenyum saat ini" hal itu membuat Adam sangat kaget, sekaligus tanpa sadar detak jantungnya menjadi lebih cepat, bahkan 10x lipat lebih cepat dari setelah bermain basket.

"Dia sangat cantik saat tersenyum seperti itu" yang ada di benak Adam hanya senyuman manis Kinan. 

Sampai pada akhirnya di hari kelulusan mereka, Kinan menjadi siswi lulusan terbaik di sekolah, ia diminta untuk naik ke atas podium agar bisa memberikan kata-kata sambutannya supaya teman-teman seangkatan dan adik-adik kelasnya  bisa termotivasi atas keberhasilan dirinya karena memperoleh nilai terbaik. 

Menghormati jalannya upacara wisuda, Kinan naik ke podium dan untuk pertama kalinya semua teman-teman satu angkatannya mendengar Kinan berbicara lumayan panjang, sekitar 2 menit, semua anak tepuk tangan, bahkan ada yang teriak mendengar Kinan berbicara, dan Adam salah satunya.

Tiba-tiba dari barisan siswa wisuda, Adam lari ke depan podium dan berteriak "KINAN I LOVE U" Sambil melemparkan topi wisudanya ke atas, Adam menyatakan perasaannya pada Kinan di depan semua teman-temannya dan juga guru-guru SMAnya, tanpa ragu dan malu, Adam berteriak lantang dan meminta semua hadirin untuk diam, dia melanjutkan dengan berjalan menuju podium dan mendekati Kinan, Kinan yang terkejut mendengar pengakuan Adam, hanya diam dan menatap dengan sinis kepada pria yang sama sekali tidak ia kenal yang sekarang sudah berada di hadapannya itu.

"Siapa kamu?" itu yang keluar dari mulut kinan di depan Adam, dan terdengar di seluruh ruangan, karena Kinan sedang berada di depan microfon saat itu, belum sempat Adam memperjelas perasaannya, ia langsung di todong pertanyaan yang membuat semua orang bersorak di seisi ruangan wisuda.

"Apa kamu tidak tahu siapa aku?  Yaaa, kita memang belum pernah berkenalan secara resmi, tapi masa kamu tidak tahu siapa aku?" sambil menjulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Kinan.

"Namaku Adam Prasetya, anak kelas bahasa yang setiap hari bertemu denganmu di halte bis dan kita pulang sekolah dalam 1 bis bersama selama 3tahun terakhir ini, apa sudah cukup?"

Adam memperkenalkan dirinya secara lengkap agar Kinan ingat bahwa Adam adalah orang yang sering berpapasan dengannya di halte bis dekat sekolah.

"Apa-apaan kamu, halte apa, bis apa? aku tidak mengerti maksudmu, sekarang juga hentikan omong kosong ini, apa kamu tidak tahu kita sedang dalam acara apa sekarang? aku benar-benar tidak suka dengan kebodohanmu ini" Kinan berlari menuju luar gedung tanpa mengatakan kata penutup. 

Di dalam gedung itu ada Ibu dan juga Kak Keysa yang menghadiri acara wisudanya, Ka Keysa ternyata ikut bertepuk tangan saat Adam meneriaki Kinan dan bilang "I LOVE U", ia ikut bergemuruh dengan semua teman-teman seangkatan Kinan, ia hanya berpikir bahwa itu lucu dan ia takjub bahwa ada pria yang nekat dan menyukai adiknya yang sangat pemarah namun juga pendiam itu. 

Ibu berlari keluar menyusul Kinan, dan setelah beberapa saat menyusul akhirnya kinan ditemukan sedang berada di ujung lorong gedung tempat wisuda hari itu.

"Sayang, ayo kita pamit kepada guru wali kelasmu, setelah itu kita pulang, tidak baik kalau kita langsung pulang begitu saja" ibu mengajak Kinan kembali ke gedung untuk pamit.

"Tidak bu, ibu saja yang masuk dan pamit ke guruku, aku tunggu ibu di mobil, mana kunci mobil ibu biar aku ke mobil duluan" sambil sedikit marah Kinan meminta kunci mobil kepada ibunya, ibu tahu betul Kinan sedang malu, dia tidak mungkin mau melanjutkan acara wisuda hari itu dan memutuskan menuruti kemauan putrinya, dia kemudian masuk kembali ke gedung dan mengajak Keysa keluar, sambil pamit ke wali kelas Kinan. 

Ruangan itu menjadi sangat gaduh karena semua siswa siswi membicarakan apa yang barusan saja terjadi. Siswa-siswi yang tidak menyukai Kinan langsung memberikan kritikan pedas.

"Kinan pasti menggoda Adam" kemudian dari sisi lain terdengar pula, " Kinan hanya jutek ke cewe-cewe aja, kalau ke cowo baik bener pasti, makannya Si Adam ampe kecintaan banget kayanya itu" semua gunjingan membuat seisi ruangan sulit untuk di kendalikan.

Kinan akhirnya pulang ke rumah dengan masih memakai toga lengkap dengan topinya, ia tidak fokus pada keadaannya, yang penting sekarang dia bisa segera pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun